Jepang pada Rabu (1/9) mengonfirmasi kasus pertama dari varian baru Covid-19, B.1.612 atau Mu, pada dua orang yang datang dari luar negeri melalui pemeriksaan bandara.
Kementerian Kesehatan Jepang mengumumkan bahwa varian Mu terdeteksi pada seorang wanita berusia 40 tahun yang tiba pada 26 Juni dari Uni Emirat Arab.
Sementara itu, kasus lainnya adalah seorang wanita berusia sekitar 50 tahun yang tiba pada 5 Juli dari Inggris. Kedua wanita tersebut tidak menunjukkan gejala pada saat kedatangan.
Semua pelancong ke Jepang diharuskan mengikuti tes PCR pada saat tiba di bandara dan menunggu hasilnya. Jika mereka dinyatakan positif, mereka dikarantina di fasilitas yang ditetapkan pemerintah atau dirawat di rumah sakit tergantung pada gejalanya.
Bahkan jika hasil tesnya negatif, mereka diharuskan untuk dikarantina selama 14 hari di rumah atau fasilitas yang ditunjuk tergantung dari mana mereka berasal.
Kemenkes mengatakan, pihaknya akan terus mengambil langkah-langkah untuk mencegah penyebaran varian Mu dengan memantau situasi di negara lain.
Pada awal pekan ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan varian Mu, sebagai "variant of interest", tingkat tertinggi kedua dalam klasifikasi varian lembaga tersebut.
Namun, masih belum jelas seberapa menular varian Mu atau apakah varian tersebut resisten terhadap vaksin yang sudah ada.
Dalam buletin pandemik mingguannya, WHO menambahkan bahwa data awal menunjukkan penurunan efektivitas vaksin terhadap varian Mu mirip dengan yang terlihat untuk varian Beta, yang ditemukan di Afrika Selatan dan dianggap lebih menular daripada virus corona yang asli.
Saat ini, WHO menetapkan Alpha, Beta, Gamma, dan Delta sebagai "variants of concern", klasifikasi tertinggi mereka.
Varian Mu pertama kali terdeteksi di Kolombia pada Januari dan saat ini menyumbang sekitar 40% kasus di negara itu. Mutasi sejauh ini telah terdeteksi di setidaknya 40 negara, tetapi jumlahnya kurang dari 0,1% dari semua kasus di seluruh dunia.