Korea Selatan akan meningkatkan pembatasan sosial terkait Covid-19 ke level tertinggi di wilayah metropolitan Seoul. Hal tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri Kim Boo-kyum pada Jumat (9/7).
Kim Boo-kyum memperingatkan bahwa rekor kenaikan kasus infeksi baru telah mencapai tingkat krisis maksimum.
Korea Selatan sebelumnya dianggap berhasil mengatasi pandemik, dengan sebagian besar masyarakat menaati peraturan terkait jarak sosial dan pembatasan lainnya.
Namun, negara tersebut dinilai lambat dalam memulai kampanye vaksinasi nasional karena kekurangan pasokan.
Pada Jumat, Korea Selatan mencatat 1.316 kasus infeksi harian, kenaikan harian tertinggi sejak pandemik dimulai di negara itu.
Sebagian besar infeksi baru terdeteksi Ibu Kota Seoul dan sekitarnya, rumah bagi hampir setengah populasi Korea Selatan.
Infeksi klaster telah muncul di daerah-daerah termasuk sekolah, kantor, dan pusat perbelanjaan.
Mayoritas warga yang terinfeksi merupakan orang-orang berusia 20-an hingga 30-an. Kebanyakan dari warga dalam rentang usia itu belum memenuhi syarat untuk vaksinasi.
Di bawah pembatasan sosial yang baru, yang mulai berlaku pada Senin (12/7) dan berlangsung selama dua minggu, pertemuan lebih dari dua orang akan dilarang setelah pukul 18.00 dan sekolah akan ditutup.
Kafe dan restoran diperbolehkan buka dengan tempat duduk terbatas, sementara layanan makan di tempat dilarang setelah pukul 22.00.
Tempat hiburan, termasuk bar dan klub, akan ditutup dan segala bentuk pertemuan publik dilarang.
Kekurangan pasokan vaksin membuat 70% populasi masih menunggu suntikan pertama mereka.
Sejauh ini, Korea Selatan mencatat 165.344 kasus positif Covid-19, termasuk 2.036 kematian.
Para kritikus mengatakan pemerintah Korea Selatan memperburuk keadaan dengan mendorong pelonggaran pembatasan terlalu dini demi mengurangi beban ekonomi