close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Warga Palestina berbelanja di pasar terbuka dekat reruntuhan yang hancur akibat serangan Israel selama konflik di kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah. Foto REUTERS-Ibraheem Abu Mustafa
icon caption
Warga Palestina berbelanja di pasar terbuka dekat reruntuhan yang hancur akibat serangan Israel selama konflik di kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah. Foto REUTERS-Ibraheem Abu Mustafa
Dunia
Jumat, 01 Desember 2023 18:06

Di balik layar mediasi gencatan senjata Hamas-Israel

Mereka berhasil membuat kedua pihak menandatangani prosedur khusus yang harus mereka ikuti jika terjadi insiden.
swipe

Qatar banyak dipuji karena berhasil menjadi perantara gencatan senjata antara Israel dan Hamas pekan lalu. Kesuksesan Qatar mempengaruhi Israel-Hamas, terletak pada pendekatan proaktifnya. Qatar tidak mau hanya menjadi sekadar 'penyampai pesan'.

Dalam mediasi, Qatar tidak ingin hanya pasif menunggu. Para perundingnya menggandakan upaya mediasi mereka, karena khawatir gencatan senjata akan gagal sebelum dimulai. 

Agar tidak buntu, gencatan senjata dan perjanjian untuk mendampingi pertukaran tahanan dan sandera dirumuskan secara longgar. Para perunding Qatar mengetahui bahwa Israel dan Hamas belum sepakat mengenai kapan, atau bagaimana, gencatan senjata dan pertukaran akan dimulai, menurut sumber di Qatar, Wilayah Palestina, dan Mesir yang mengetahui perundingan berisiko tinggi tersebut.

Semua poin dalam perjanjian tersebut perlu diklarifikasi dan memastikan bahwa poin-poin tersebut memiliki arti yang sama bagi Israel dan Hamas, kata sebuah sumber yang mengetahui tentang negosiasi tersebut.

Misalnya, pihak Israel telah berjanji untuk "memarkir" tank-tank yang mereka gunakan di dalam Jalur Gaza, namun tidak ada seorang pun yang sepakat mengenai apa maksud dari tindakan tersebut di lapangan, kata sumber tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sifat sensitif dari pembicaraan tersebut.

Salah satu perunding utama Qatar, diplomat karir Abdullah Al Sulaiti, merasa khawatir. "Saya pikir kami akan kehilangan hal itu dan perjanjian itu tidak akan berhasil," katanya dalam sebuah wawancara dikutip Reuters.

Biar tetap fokus, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani telah menyelesaikan agendanya, membatalkan rencana perjalanan ke Moskow dan London, kata sumber yang menjelaskan tentang negosiasi tersebut.

Di dalam salah satu kantornya di Doha pada Rabu sore, 22 November, Sheikh Mohammed memulai putaran baru perundingan hanya beberapa jam setelah gencatan senjata diumumkan, kata sumber itu.

Dalam pertemuan utama perdana menteri terdapat pimpinan Mossad, David Barnea, yang telah terbang dari Israel setidaknya untuk ketiga kalinya sejak awal perang, dan delegasi perwira intelijen Mesir. Mediator Qatar menggunakan ruangan terpisah untuk menelepon delegasi Hamas yang masih berada di kantor vila mereka di seberang kota, kata sumber itu.

Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan kepada wartawan bahwa Hamas dan Israel bernegosiasi di Doha hingga “pagi hari” tanggal 23 November dan menyetujui rencana untuk melaksanakan perjanjian gencatan senjata pada hari berikutnya.

Terungkap rincian pertemuan penting tersebut, yang berlangsung selama sembilan jam. Hal ini juga memberikan gambaran sekilas tentang pendekatan kuat yang digunakan oleh Qatar guna mempercepat perundingan antar-jemput antara apa yang oleh seorang pejabat yang terlibat dalam perundingan disebut sebagai "dua pihak yang tidak saling mempercayai."

Kemenlu Qatar, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, dan kantor politik Hamas di Doha tidak menanggapi pertanyaan rinci. Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang mengawasi Mossad, menolak berkomentar.

Ketimbang sekedar menyampaikan pesan dari satu pihak ke pihak lain, pendekatan Qatar dalam melakukan mediasi adalah dengan bersikap proaktif dan mengerahkan upaya mereka dalam negosiasi, menurut seorang pejabat AS yang mengetahui masalah tersebut dan sumber keamanan Mesir.

Doha telah menggunakan taktik tersebut untuk mendorong solusi guna menutup kesenjangan tuntutan antara Israel dan Hamas, terutama ketika para perunding menangani masalah sensitif sandera menjelang pengumuman gencatan senjata pertama, kata pejabat AS.

Awalnya, pemerintahan Netanyahu mengatakan tidak akan menukar tawanan Palestina yang ditahan di Israel dengan sandera yang disekap di Gaza. Hamas, yang pada tahun 2011 telah memperoleh pembebasan lebih dari 1.000 tahanan Palestina yang ditahan di Israel dengan imbalan pembebasan satu tentara Israel, mengajukan tuntutan yang tinggi, kata orang-orang yang mengetahui perundingan tersebut.

Kedua belah pihak akhirnya menyepakati rasio tiga tahanan Palestina dari Israel untuk setiap sandera sipil Hamas.

Kuncinya, kata pejabat Qatar yang terlibat dalam perundingan, adalah mengubah apa yang diusulkan oleh satu pihak hingga dapat diterima oleh pihak lain.

"Kami bilang, 'Dengar, mari kita lakukan diskusi putaran kedua dengan Anda sebelum kami mengirimkan tawarannya,'" katanya, berbicara tanpa mau disebutkan namanya.

“Jika kita memutuskan untuk menjadi seperti tukang pos dan hanya mengirimkan surat, saya ragu kita akan menyelesaikan perjanjian ini,” tegasnya.

Pada tanggal 22 November, utusan Qatar menggunakan telepon dan berpindah-pindah ruangan, kata sumber yang menjelaskan mengenai perundingan tersebut.

Para perunding Qatar menggiring Israel dan Hamas untuk menyepakati di mana tepatnya tank-tank Israel akan ditempatkan di Gaza selama gencatan senjata. Demikian pula, mereka menjadi perantara kesepakatan tentang bagaimana tentara Israel akan memenuhi permintaan Hamas untuk mengosongkan rumah sakit di Gaza, termasuk Al Shifa, tempat mereka mengambil posisi, kata sumber tersebut.

Para perunding, yang beberapa di antaranya telah terlibat dalam mediasi Israel-Hamas sejak tahun 2014, juga perlu menyusun elemen penting: mekanisme pengamanan yang dirancang untuk memastikan bahwa pelanggaran kecil apa pun dalam gencatan senjata tidak akan menyebabkan keruntuhan gencatan senjata, katanya.

Mereka berhasil membuat kedua pihak menandatangani prosedur khusus yang harus mereka ikuti jika terjadi insiden. Prosedur itu di antaranya tentang meninjau skenario rinci seperti tembakan atau pergerakan tank, katanya.

Mekanisme tersebut diaktifkan tak lama setelah gencatan senjata diberlakukan, ketika tentara Israel menembaki warga Palestina yang mencoba pindah ke Gaza utara, kata sumber itu.

Sekitar lima jam setelah pertemuan, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani berbicara melalui telepon dengan Presiden AS Joe Biden dan membahas implementasi kesepakatan tersebut, menurut data panggilan tersebut dari Gedung Putih.

Setelah sesi maraton selesai beberapa jam kemudian, Kemenlu Qatar mengumumkan gencatan senjata akan mulai berlaku pada hari Jumat, 24 November pukul 7 pagi di Gaza.

Sebagai salah satu dari sedikit negara yang mempunyai jalur komunikasi terbuka dengan Israel dan Hamas, Qatar yang kaya akan gas telah muncul sebagai negosiator utama dalam perang selama berminggu-minggu yang dimulai dengan serangan Hamas pada 7 Oktober. Pihak AS dan Rusia juga memuji peran "teman Qatar" mereka.

Berbicara kepada Reuters beberapa hari setelah gencatan senjata dimulai, Al Sulaiti, mediator Qatar, mengatakan upaya tersebut masih jauh dari selesai.

“Pada awalnya saya pikir mencapai kesepakatan akan menjadi langkah tersulit,” kata Al Sulaiti, yang terlibat dalam mediasi Israel-Hamas sejak tahun 2014. “Saya menyadari bahwa mempertahankan kesepakatan itu sendiri juga sama menantangnya.”(reuters,cbsnews)

img
Arpan Rachman
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan