close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump saat mengunjungi pasukan militer AS di Irak. Twitter/@PressSec
icon caption
Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump saat mengunjungi pasukan militer AS di Irak. Twitter/@PressSec
Dunia
Kamis, 27 Desember 2018 11:35

Diam-diam Donald Trump kunjungi pasukan AS di Irak

Dalam dua tahun masa kepresidenannya, ini merupakan kali perdana bagi Donald Trump untuk berkunjung ke zona konflik.
swipe

Presiden Donald Trump mengejutkan pasukan Amerika Serikat di Irak dengan kunjungan Natalnya pada Rabu (26/12). Ini merupakan kali pertama Trump berkunjung ke zona konflik, hampir dua tahun dalam masa kepresidenannya.

Lawatan ini dia lakukan beberapa hari setelah mengumumkan penarikan pasukan AS dari Suriah.

Trump dinilai tengah mengejar pemberitaan positif setelah memicu kekacauan atas keputusannya untuk menarik 2.000 tentara AS di Suriah. 

Tidak hanya memulangkan pasukan di Suriah, Trump turut menarik pula setengah dari 14.000 militer AS di Afghanistan. 

Keputusan Trump terkait Suriah memicu mundurnya Menteri Pertahanan Jim Mattis pada Kamis (20/12).

Didampingi oleh Ibu Negara Melania Trump dan berbicara di Pangkalan Udara Al Asad, sebelah barat dari Baghdad, Trump membela keputusannya untuk menarik pasukan dari Suriah. Menurutnya hal itu dimungkinkan karena ISIS sudah kalah.

"Kehadiran kami di Suriah ada batasnya dan tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi permanen," ujar Trump di hadapan para pasukan AS di hanggar Pangkalan Udara Al Asad. Lebih lanjut dia mengungkapkan, sejumlah pasukan "kini dapat kembali ke rumah dan bertemu dengan keluarga mereka."

Banyak anggota parlemen dari Partai Republik dan Demokrat telah mengkritisi Trump atas kebijakannya soal Suriah. Mereka mengatakan bahwa perang melawan ISIS belum selesai dan penarikan itu hanya akan menyulitkan sekutu.

Mattis merupakan salah satu pihak yang mengkritik sang presiden. Dalam surat pengunduran dirinya, dia menuturkan bahwa pandangannya tidak sejalan dengan Trump, terutama terkait perlakuan AS terhadap sekutu. 

Jenderal bintang empat itu berencana meletakkan jabatannya pada akhir Februari 2019. Namun, dengan merilis surat pengunduran diri Mattis ke publik dan mengumumkan Wakil Menhan Patrick Shanahan sebagai penggantinya, Trump memaksa Mattis keluar lebih awal, yakni pada 1 Januari.

Trump selama ini menuai kritik dari kalangan militer AS karena tidak mengunjungi pasukan di zona konflik sejak menjabat pada Januari 2017.

Meski tidak ada ancaman serius di Irak sejak ISIS menderita serangkaian kekalahan tahun lalu, sekitar 5.200 tentara AS tetap berlatih dan memandu pasukan Irak yang masih melawan kelompok teroris tersebut.

Trump menghabiskan sekitar tiga jam di Irak. Dalam perjalanan pulangnya dia mengunjungi pasukan AS di Pangkalan Udara Ramstein di Jerman.

Semula, saat berada di Irak Trump diagendakan bertemu dengan Perdana Menteri Irak Adel Abdl Mahdi. Namun, pada akhirnya mereka hanya berbincang via telepon.

Kantor PM Mahdi mengatakan ada "ketidaksepakatan tentang bagaimana pertemuan diadakan." Sementara, anggota parlemen Irak mengatakan PM Mahdi menolak permintaan Trump untuk bertemu di pangkalan militer AS.

Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan pertemuan itu dibatalkan karena masalah keamanan dan sifat kunjungan yang mendadak. Menurut Sanders  saat berbicara via telepon, mereka memiliki "percakapan yang baik" dan PM Mahdi menerima undangan Trump untuk bertamu ke Gedung Putih saat tahun baru.

Kerahasiaan kunjungan

Kunjungan mendadak Trump ini serupa dengan yang dilakukan oleh dua pendahulunya, George W. Bush dan Barack Obama.

Atas alasan keamanan, kunjungan biasanya dirahasiakan hingga presiden tiba di tempat. Sekelompok staf, agen Dinas Rahasia, serta sejumlah wartawan ikut dalam penerbangan bersama Trump dan ibu negara dari Washington.

Trump menyebut, perhatian keamanan utamanya tertuju bagi Melania.

Selama di Irak, Trump juga berbicara dengan komandan militer dan duta besar AS. Sanders berkata, mereka "menyajikan rencana kuat yang akan memungkinkan kita untuk meraih kemenangan total" atas ISIS.

Tidak seperti Suriah, Trump mengungkapkan dirinya tidak berencana untuk menarik pasukan dari Irak.

Di hadapan para wartawan di Irak, Trump menyesalkan kerusakan yang dipicu konflik luar negeri. Dia ingin mengakhiri keterlibatan berkepanjangan AS. "Sudah waktunya memulangkan anak-anak muda kita."

"Saya sudah menandatangani banyak surat dan saya tidak suka mengirim surat-surat itu kepada orang tua yang menyatakan bahwa anak mereka telah terbunuh," kata Trump. "Saya tidak suka melakukannya. Kita sudah melakukannya terlalu lama."

img
Valerie Dante
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan