Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika menentang para pengunjuk rasa dengan membenarkan bahwa dia akan mencalonkan diri untuk masa jabatan lanjutan. Meskipun dia menyatakan tidak akan menjalani masa jabatan penuh.
Keputusannya untuk mengejar masa jabatan kelima memicu protes nasional.
Presiden berusia 82 tahun itu jarang terlihat di depan umum sejak menderita stroke pada 2013. Para kritikus mengatakan kesehatannya yang buruk menjadikannya tidak layak untuk melanjutkan tugas sebagai presiden.
Gelombang protes terjadi pada Minggu (3/3), tenggat waktu bagi kandidat untuk mendaftarkan diri mengikuti Pilpres 2019.
Menjelang malam, para pemuda kembali berbaris di Aljir, ibu kota Aljazair, meskipun adanya tawaran baru dari Bouteflika terkait dialog nasional.
Manajer kampanye Bouteflika menyerahkan dokumen atas nama presiden yang sedang sakit. Bouteflika sedang menjalani perawatan medis di Swiss.
Untuk meredam amuk massa, Bouteflika memberikan tawaran bagi masyarakat. Melalui sebuah surat, Bouteflika mengatakan bahwa jika dia terpilih kembali sebagai presiden, dia akan mengadakan konferensi terbuka berskala nasional yang diikuti dengan pemungutan suara untuk menentukan presiden berikutnya.
Usulan sang presiden datang dalam bentuk surat yang ditujukan kepada masyarakat Aljazair. Surat tersebut dibacakan di stasiun televisi pemerintah, ENTV.
Dia berjanji tidak akan mencalonkan diri lagi dan menyadari pesan dari protes yang belakangan ini mengguncang Aljazair.
"Saya mendengar seruan tulus para demonstran, khususnya ribuan pemuda yang bertanya kepada saya tentang masa depan negara kita," kata suratnya yang dibacakan oleh presenter ENTV.
"Kaum muda mengungkapkan keprihatianan tentang ketidakpastian yang mereka hadapi. Saya memiliki tugas dan kemauan untuk menenangkan hati dan semangat mereka," lanjut surat itu.
Protes yang tidak biasa
Demonstrasi publik tentang perbedaan pendapat jarang terjadi di Aljazair. Protes baru menjadi marak sejak Bouteflika menjabat pertama kali pada 20 tahun silam.
Demonstrasi pertama kali pecah sekitar 10 hari yang lalu setelah Bouteflika mengumumkan rencananya untuk mencalonkan diri lagi.
Pada Minggu, orang-orang kembali turun ke jalan-jalan di Aljir dan kota-kota besar lainnya. Petugas kepolisian menggunakan meriam air untuk membubarkan mahasiswa yang melakukan demonstrasi di Aljir.
Ada juga unjuk rasa yang terjadi di Prancis, bekas negara kolonial Aljazair, yang merupakan rumah bagi banyak komunitas warga Aljazair.
"Kami tidak menentang presiden, tetapi dia tidak sadar bahwa dia tidak lagi dianggap ada. Para jenderal dan orang-orang terdekatnya bebas melakukan apa yang mereka ingin lakukan tanpa sepengetahuan Bouteflika," kata seorang demonstran.
Siapakah Abdelaziz Bouteflika?
Bouteflika mulai menjabat sebagai Presiden Aljazair sejak 1999 dan dipuji karena berhasil mengakhiri perang saudara yang diperkirakan telah menewaskan lebih dari 100.000 orang.
Protes terhadap harga pangan dan pengangguran meletus pada 2011 selama Arab Spring, dia merespons dengan memenuhi permintaan utama demonstran dan mencabut status darurat nasional yang berjalan hampir dua dekade di negara itu.
Setelah mengalami stroke, Bouteflika memenangkan pemilu ulang dalam pemungutan suara yang dikecam oleh oposisi. Setelahnya, dia membubarkan badan mata-mata terkemuka di Aljazair, menggantikannya dengan badan mata-mata yang setia kepadanya.
Terlepas dari perpecahan suara antara yang mendukung dan menentangnya, Bouteflika masih diperkirakan akan memenangkan pemilu tahun ini.
Pasalnya pada Pilpres 2014, Bouteflika memenangkan perlombaan meski tidak melakukan kampanye pribadi.
Kandidat lawan
Sejauh ini, enam kandidat lainnya telah terdaftar secara resmi untuk memperebutkan kursi Presiden Aljazair.
Di antaranya merupakan pensiunan jenderal, Ali Ghediri, yang berjanji untuk membawa perubahan bagi bangsa itu.
Ada pula pengusaha bernama Rachid Nekkaz, yang memiliki banyak pengikut di Facebook dan cukup populer di kalangan anak muda Aljazair. Nekkaz mengumumkan rencana untuk mencalonkan diri, tetapi gagal karena dianggap tidak memenuhi syarat.
Sebagai gantinya, sang pengusaha akan menjadi manajer kampanye dari sepupunya, yang juga bernama Rachid Nekkaz, yang telah mencalonkan diri sebagai kandidat calon presiden.
Dua partai oposisi, Partai Buruh dan Gerakan Masyarakat untuk Perdamaian, menyatakan akan memboikot pemilu tersebut.
Penantang utama Bouteflika dalam pemilu sebelumnya, Ali Benflis, tidak ikut dalam perlombaan kali ini.