close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pasukan Ethiopia. foto: Ethiopia News Agency
icon caption
Pasukan Ethiopia. foto: Ethiopia News Agency
Dunia
Jumat, 19 Agustus 2022 06:21

Dirjen WHO geram konflik Ethiopia tak diperhatikan seperti Ukraina: Karena warna kulit!

Sejak perang pecah, wilayah paling utara Ethiopia mengalami kekurangan pangan dan akses ke layanan masyarakat.
swipe

Konflik antara pemerintah Ethiopia dan pasukan bersenjata Tigray menjadi topik pembahasan World Health Organization (WHO). Pertanyaan besarnya adalah mengapa konflik di Euthopia tidak bisa mendapatkan perhatian yang sama seperti konflik di Ukraina.

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyeus menilai konflik di wilayah Tigray Ethiopia sebagai bencana terburuk di dunia, dan mempertanyakan apakah para pemimpin global tidak menanggapai karena perbedaan warna kulit.

Ia mengkritik respons pemimpin global yang lambat dalam menangani konflik yang terjadi di bagian ujung Utara Ethiopia itu. “Dalam perkara darurat ini hanya perbedaan warna kulit tidak menyamaratakan perhatiannya,” kecam Tedros.

“Kekejaman yang tak terbayangkan sedang menimpa enam juta orang di wilayah bagian ujung Utara Ethiopia. Akibat dari konflik tersebut menyebabkan efektifitas dari pelayanan umum menjadi terputus selama hampir dua tahun,” kata Tedros.

Sejak perang pecah, wilayah paling utara Ethiopia mengalami kekurangan pangan dan akses ke layanan masyarakat seperti listrik, komunikasi, dan perbankan sangat terbatas. “Akibatnya, penduduk Tigray menghadapi berbagai wabah malaria, antraks, kolera, diare, dan berbagai jenis penyakit lainnya. Kekejaman yang tak terbayangkan ini harus diakhiri. Satu-satunya solusi adalah perdamaian,” ujar dia.

Pertempuran telah mereda di Ethiopia Utara sejak gencatan senjata kemanusiaan diumumkan pada akhir Maret, Tigray memerlukan bantuan internasional untuk menciptakan kondisi yang aman dan tentram. Dalam beberapa pekan terakhir kedua belah pihak telah membahas pembicaraan damai.

Tetapi Tedros mengatakan hanya sedikit makanan dan obat-obatan yang berhasil masuk ke wilayah tersebut, dan mengatakan layanan dasar harus dilanjutkan untuk membangun kepercayaan dalam negosiasi damai.

Asisten Direktur Jenderal WHO Ibrahim Soce Fall mengatakan bahwa “untuk tanggap darurat ini untuk memulihkan sistem kesehatan di Tigray akan memakan waktu berbulan-bulan, dan tanggap darurat kesehatan saat ini yang diperlukan sebelum memungkinkan untuk berbicara tentang pemulihan”.

img
Raihan Putra Tjahjafajar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan