Prancis telah memanggil Duta Besar Italia setelah wakil Perdana Menteri Italia menuduh Prancis mengeksploitasi Afrika dan memicu migrasi.
Pada Minggu (20/1), Luigi di Maio meminta Uni Eropa untuk menjatuhkan sanksi pada Prancis atas kebijakannya di Afrika. Menurutnya, Prancis tidak pernah berhenti menjajah puluhan negara Afrika.
Italia dan Prancis sebelumnya berselisih tentang isu migrasi. Italia adalah tujuan bagi ribuan orang yang mencari kehidupan baru di Eropa.
Tahun lalu, Prancis mengkritik Italia karena tidak mengizinkan kapal penyelamat yang membawa migran di Mediterania berlabuh. Pejabat Italia merespons dengan menyebut bahwa Prancis sendiri menolak menerima migran.
Di Maio, pemimpin Gerakan Bintang Lima (M5S) yang memerintah dalam koalisi dengan partai Liga yang berhaluan kanan, membuat pernyataan kontroversial tersebut saat berkunjung ke Italia tengah.
Perselisihan ini terjadi ketika PBB mengatakan sekitar 170 migran dikhawatirkan tenggelam dalam dua kapal terpisah di Laut Mediterania.
"Uni Eropa harus menjatuhkan sanksi kepada Prancis dan semua negara seperti Prancis yang memiskinkan Afrika dan membuat orang-orang pergi, karena orang Afrika seharusnya berada di Afrika, bukan di dasar laut Mediterania," ungkap di Maio.
Lebih lanjut dia mengatakan, jika bukan karena Afrika, Prancis akan menempati urutan ke-15 di antara kekuatan ekonomi dunia, bukan di peringkat enam.
Duta Besar Italia untuk Prancis Teresa Castaldo dipanggil ke Kementerian Luar Negeri di Paris pada Senin (21/1) waktu setempat. Sumber-sumber diplomatik Prancis yang dikutip oleh kantor berita Italia Ansa menyebutkan bahwa pernyataan di Maio "bermusuhan dan tanpa alasan, mengingat kemitraan antara Prancis dan Italia di Uni Eropa."
Meski demikian, di Maio yang juga menteri tenaga kerja dan ekonomi, tidak menyesali pernyataannya.
Dia justru menuding Prancis memanipulasi ekonomi negara-negara Afrika yang menggunakan CFA franc, mata uang era kolonial.
"Prancis adalah salah satu negara yang dengan mencetak uang untuk 14 negara Afrika telah mencegah perkembangan ekonomi mereka dan berkontribusi pada fakta bahwa para pengungsi pergi kemudian tewas di laut atau tiba di pantai kami," ujar di Maio. "Jika Eropa ingin tampil berani, mereka harus memiliki keberanian untuk menghadapi isu dekolonisasi di Afrika."
Prancis menerangkan bahwa CFA franc adalah jaminan stabilitas keuangan, namun sejumlah pihak lainnya mencapnya sebagai warisan kolonial.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan, 4.216 migran telah menyeberang ke Eropa melalui laut dalam 16 hari pertama pada 2019. Jumlah tersebut dua kali lipat dari periode yang sama tahun lalu.