close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berpidato di Gedung Putih, Washington, Rabu (8/1). Twitter/@Scavino45
icon caption
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berpidato di Gedung Putih, Washington, Rabu (8/1). Twitter/@Scavino45
Dunia
Kamis, 09 Januari 2020 10:29

Donald Trump: Serangan Iran tidak perlu dibalas

Alih-alih tindakan militer, Trump mengatakan bahwa AS akan segera menjatuhkan sanksi ekonomi baru terhadap rezim Iran.
swipe

Presiden Donald Trump melunakkan retorika ancamannya pada Rabu (8/1), setelah Iran melancarkan serangan rudal terhadap dua pangkalan militer yang menampung pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat. Trump menyatakan tidak ada warga AS yang terluka dalam serangan Iran.

"Pasukan AS yang kuat siap menghadapi apa pun. Iran sepertinya sudah tenang, itu merupakan hal baik bagi seluruh pihak terkait dan juga bagi dunia," tutur Trump di Gedung Putih.

Trump mengatakan, Washington tidak perlu membalas serangan Iran. "AS memang memiliki peralatan dan senjata militer yang hebat, tapi itu tidak berarti kita harus menggunakannya. Kita tidak ingin menggunakannya."

Alih-alih tindakan militer, Trump mengatakan bahwa AS akan segera menjatuhkan sanksi ekonomi baru terhadap rezim Iran atas apa yang disebutnya sebagai agresi dari negara itu.

Dalam pidatonya, Trump juga bersumpah tidak akan mengizinkan Iran mengembangkan senjata nuklir. Dia mendesak seluruh negara yang terlibat untuk meninggalkan kesepakatan nuklir 2015 (JCPOA) dan bekerja sama merumuskan perjanjian baru.

Washington telah secara sepihak meninggalkan JCPOA pada Mei 2018. Iran sebelumnya menolak usulan AS untuk merundingkan kesepakatan baru. 

Seorang Republikan dan sekutu dekat Trump, Newt Gingrich, memuji keputusan Trump untuk tidak membalas serangan Iran dengan tindakan militer.

"Trump dengan sabar melihat bagaimana mereka akan bereaksi. Menurut saya, dia menunjukkan pengekangan diri," tutur Gingrich.

Serangan Iran merupakan tindakan pembalasan atas serangan udara AS yang menewaskan jenderal top Iran Qasem Soleimani pada Jumat (3/1). 

Anggota parlemen dari Partai Demokrat dan sejumlah Republikan mengungkapkan, pemerintah belum memberikan bukti untuk mendukung klaim Trump yang menyebut bahwa Soleimani berencana untuk menyerang aset-aset AS.

Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan, kongres akan melakukan pemungutan suara terhadap resolusi yang dimaksudkan untuk membatasi tindakan militer Trump terhadap Iran.

Kementerian Pertahanan AS menjelaskan, Iran telah meluncurkan 16 rudal balistik jarak pendek. Setidaknya 11 di antaranya menghantam pangkalan Ain al-Assad dan sisanya menargetkan pangkalan lain di Provinsi Erbil.

Pentagon mengklaim bahwa serangan Iran tidak menyebabkan kerusakan besar di kedua pangkalan tersebut.

Sejumlah sumber dari AS dan Eropa meyakini bahwa demi mencegah eskalasi, Iran secara sengaja berusaha menghindari jatuhnya korban jiwa dalam serangan rudal pada Rabu.

Namun, seorang juru bicara militer Iran membantah laporan media asing yang menyatakan bahwa sebelum serangan, ada semacam koordinasi antara Teheran dan Washington untuk mengevakuasi kedua pangkalan yang menjadi target.

Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley menilai bahwa serangan Iran dimaksudkan untuk menyebabkan kerusakan struktural, menghancurkan kendaraan dan peralatan militer, serta membunuh personel AS.

Belum ada tanggapan langsung dari pejabat Iran terhadap pidato Trump. Media Iran, FARS, menggambarkan pernyataan Trump sebagai perubahan besar dari ancaman-ancaman yang sebelumnya dia katakan.

Di sisi lain, dalam pidatonya pada Rabu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei menyatakan bahwa serangan rudal Iran menampar Washington. Dia mendesak agar pasukan AS segera angkat kaki dari kawasan.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menuturkan, serangan itu merupakan tanggapan Teheran atas pembunuhan Soleimani yang merupakan komandan dari Pasukan Quds, unit elite Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC).

Sang jenderal dimakamkan di kota kelahirannya, Kerman, pada Selasa (7/1) setelah melewati prosesi pemakaman selama tiga hari.

"Kami tidak menginginkan eskalasi atau perang, tetapi kami akan membela diri terhadap agresi," twit Zarif.

Ulama populis ternama di Irak, Moqtada al-Sadr, mengatakan bahwa krisis yang dialami Irak telah berakhir. Dia meminta kelompok-kelompok militan untuk tidak melakukan serangan balasan.

"Saya meminta faksi-faksi Irak untuk sabar dan tidak memicu aksi militer," ujar Sadr.

Sementara itu, dua roket menghantam Zona Hijau di Baghdad pada Rabu sore. Militer Irak menyatakan tidak ada korban jiwa. Hingga kini, belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.

img
Valerie Dante
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan