Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian mengatakan bahwa Tiongkok berhasil mengekang penyebaran wabah coronavirus jenis baru di dalam negeri hingga meminimalisir penyebaran di luar negeri.
Menurut Dubes Xiao, lebih dari 97% kasus yang dikonfirmasi coronavirus jenis baru berada di China. Sementara itu, hanya 2,6% yang ada di luar China.
"Data itu menunjukkan dengan sangat jelas bahwa penyebaran epidemi tersebut berhasil dikekang di dalam China. Pemerintah berhasil mengatasi situasi penyebaran di Tiongkok, khususnya di pusat penyebaran virus yaitu di Provinsi Hubei," tutur Dubes Xiao dalam diskusi 'Coronavirus Outbreak' di Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Jakarta, pada Senin (24/2).
Dubes Xiao menjelaskan bahwa pemerintah Tiongkok telah berusaha sebaik mungkin untuk mengatasi penyebaran virus di dalam negeri. Pemerintah bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan negara-negara lainnya dalam distribusi informasi secara terbuka dan transparan.
"Kami memperketat kontrol di dalam negeri. Ini semua adalah upaya mencegah penyebaran virus ke luar negeri," jelas dia.
Dubes Xiao menyebut bahwa Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memuji langkah yang telah diambil China untuk mengatasi penyebaran wabah tersebut.
"Dirjen WHO mengatakan bahwa China telah menerapkan standar internasional baru bagi terkait respons terhadap epidemi," sambung dia.
Lebih lanjut, Dubes Xiao memaparkan dua mispersepsi yang kerap beredar terkait coronavirus jenis baru. Pertama, menurutnya, banyak yang terlalu melebih-lebihkan bahaya dari virus tersebut.
Xiao mengatakan bahwa meskipun virus tersebut memang berbahaya, tetapi dibandingkan dengan epidemi lainnya, tingkat kematian coronavirus jenis baru relatif lebih rendah. Menurut data Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, tingkat kematian Ebola adalah 40,4%, SARS adalah 9,6%, MERS 34,4%, dan H1N1 adalah 17,4%. Sementara itu, tingkat kematian coronavirus jenis baru per Sabtu (22/2), hanya menyentuh 3,3%.
"Yang ingin saya sampaikan adalah publik tidak perlu takut, apalagi panik karena kepanikan akan memicu reaksi yang berlebihan," ungkap Dubes Xiao.
Mispersepsi kedua merupakan persoalan transmisi virus. Dubes Xiao menegaskan bahwa sesuai dengan pernyataan WHO, transmisi coronavirus hanya melalui bulir air (droplets) ludah. Sejauh ini, tidak ada bukti apa pun yang menyatakan virus tersebut dapat ditularkan melalui komoditas, produk, atau barang yang dikirim dari China.
Untuk itu, dia menuturkan bahwa negara-negara perlu mengikuti rekomendasi WHO dan tidak membatasi atau menangguhkan aktivitas perdagangan dengan China.
"WHO sendiri tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan dan perdagangan dengan Tiongkok. Perdagangan perlu berjalan seperti biasa karena komoditas tidak dapat membawa virus itu," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Perwakilan WHO untuk Indonesia Navaratnasamy Paranietharan menegaskan bahwa berdasarkan bukti sejauh ini, transmisi tidak dapat tertular melalui benda mati atau udara.
Dia menambahkan, WHO tidak merekomendasikan pembatasan perdagangan. Namun, setiap negara berhak untuk melakukan penilaian risiko dan memutuskan untuk melakukan pembatasan perjalanan atau perdagangan.
Al Jazeera melaporkan bahwa pada Senin, Kuwait, Bahrain, Afghanistan, dan Irak melaporkan kasus infeksi pertama coronavirus di negara masing-masing. Kuwait melaporkan tiga kasus, sementara itu Afghanistan, Bahrain, dan Irak masing-masing satu kasus.
Coronavirus jenis baru telah menginfeksi lebih dari 79.000 orang di seluruh dunia. Dengan total 33 kematian di luar China daratan, angka kematian global akibat wabah tersebut mencapai lebih dari 2.620.