55 warga Palestina tewas dalam ketegangan di perbatasan Gaza. Aksi damai menentang pembukaan Kedutaan Amerika Serikat di Yerusalem itu dibalas dengan tembakan peluru tajam tentara Zionis tanpa ampun.
Ketegangan yang berlangsung sejak Senin (14/5) hingga hari ini, mengakibatkan lebih dari 2.400 warga Palestina terluka. Itu menjadi hari paling berdarah dalam konflik Israel-Palestina sejak Perang Gaza 2014 silam. “Korban tewas termasuk bocah berusia delapan tahun hingga remaja berumur 16 tahun,” ungkap utusan Palestina untuk PBB, dilansir Channel News Asia.
Puluhan ribu warga Palestina berkumpul di dekat perbatasan Israel. Mereka melempari batu ke arah pagar pembatas Israel. Para penembak jitu Israel membalas dengan menembak para demonstran Palestina.
Sepanjang 100 km perbatasan Gaza dan Israel, warga Palestina membentuk lingkaran. Militer Israel menyatakan 40.000 warga Palestina ikut ambil bagian dalam protes tersebut.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menuding Israel telah melakukan “pembunuhan massal”. Amnesty International menuding kekerasan yang dilakukan Israel telah melanggar hak asasi manusia (HAM). Sedangkan Human Rights Watch menyatakan aksi Israel itu sebagai tindakan “mandi darah”.
Kuwait meminta rapat darurat di Dewan Keamanan PBB hari ini untuk mengutuk kekerasan yang dilakukan Israel. Tapi, aksi itu pasti akan dihalangi oleh Amerika Serikat sebagai sekutu utama Israel.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini, meminta semua pihak menahan diri agar tidak terjadi korban jiwa. Sedangkan Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May juga menyerukan semua pihak untuk tetap tenang.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengutuk kekerasan itu. “Rakyat Palestina memiliki hak mendapatkan perdamaian dan keamanan,” ujarnya. Macron menegaskan kembali solusi dua negara sebagai solusi dua negara.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Israel sebagai negara teror yang melakukan genosida. Dia mengumumkan duka selama tiga hari dan demonstrasi besar-besaran di Istanbul pada Jumat mendatang. Turki juga menarik duta besarnya dari AS dan Israel untuk konsultasi lebih lanjut.
Tapi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap membela diri atas kekejian yang dilakukan pasukannya. “Setiap negara berhak untuk mempertahankan perbatasan,” belanya. Sedangkan juru bicara militer Israel Jonathan Conricus menuding Palestina menyiapkan senjata dalam demonstrasi tersebut.