close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman menghadiri upacara Annual Horse Race di RIyadh, Arab Saudi. ANTARA FOTO
icon caption
Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman menghadiri upacara Annual Horse Race di RIyadh, Arab Saudi. ANTARA FOTO
Dunia
Rabu, 24 Januari 2018 11:11

Selamat tinggal minyak , Arab Saudi kini andalkan properti

Harga minyak yang terus melandai, mendorong Arab Saudi memutar haluan ekonominya dari yang semula mengandalkan komoditas.
swipe

Perekonomian Arab Saudi memasuki era pascaminyak. Arab Saudi akan membangun kota-kota besar untuk menyokong pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. 

Harga minyak yang terus melandai, mendorong Arab Saudi memutar haluan ekonominya yang semula mengandalkan komoditas. Negara yang dipimpin Raja Salman itu akan membangun kota-kota besar yang diharapkan menggerakkan perekonomian.  

Managing Director sekaligus Chief Executive King Abdullah Economic City (KAEC) Fahd Al Rasheed mengatakan kotanya yakni KEAC akan melantai di bursa untuk membentuk kepercayaan publik. Dalam Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, pada hari Selasa (23/1), dia mengatakan bahwa negaranya mulai berbisnis properti.

"Kami sedang memulai perpindahan ekonomi pasca minyak. Saya yakin kota-kota baru tersebut menjadi masa depan ekonomi negara ini," terang Al Rasheed seperti dikutip CNBC

Meskipun ekonomi Arab Saudi sejak tahun 2016 dan 2017 terus mengalami pertumbuhan, namun memulai diversifikasi ekonomi dinilai penting untuk meningkatkan anggaran negara. Lewat pembangunan kota-kota besar tersebut, maka sejumlah industri akan turut bergerak. Misalnya, seperti industri pelabuhan, wisata serta properti akan bergerak. Pada era tersebut, diyakini ekonomi Arab Saudi berada di jalan yang benar. 

Rencananya, KAEC akan terhubung dengan pelabuhan dan kota manufaktur di Laut Merah. Hal ini akan meningkatkan hubungan perdagangan Arab Saudi dengan negara-negara lain di dunia.

Sebenarnya, KAEC telah dibangun sejak tahun 2006 oleh Raja Abdullah Bin Abdulaziz Al Saud yakni mantan Raja Arab Saudi. Sayang, pembangunannya belum rampung sepenuhnya. 

Dengan perkiraan populasi nasional yang berlipat ganda menjadi 1,5 miliar pada tahun 2050, pemerintah Riyadh yakin kawasan Laut Merah memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan utama bagi ekonomi global. Namun hal tersebut bukan satu-satunya mega proyek yang akan dibangun Arab Saudi.

Pada akhir 2017, pemerintah Saudi mengumumkan bahwa mereka akan membangun mega city yang disebut dengan NEOM senilai US$ 500 miliar. Kota tersebut rencananya akan beroperasi dengan menggunakan energi terbarukan 100%. Sedangkan investasinya akan didanai pemerintah dan investor swasta.

Namun Al Rasheed mengaku sulit untuk mencapai NEOM. Baginya, proyek tersebut masih samar karena tidak ada yang membangun hal seperti itu sebelumnya. 

"Saya sudah berkecimpung dalam bisnis seperti ini selama satu dekade. Sekarang dengan KAEC, menurut saya sulit untuk menarik orang di NEOM. Perlu dukungan dari Kerajaan dan Putra Mahkota," tukas Al Rasheed. 

Selamat tinggal minyak 

Arab Saudi kembali menegaskan perubahan haluan ekonominya. Jika semula mengandalkan ekonomi berbasis minyak tradisional, kini akan mengandalkan yang lebih modern.

Menteri Energi Khalid Al Falih mengakui telah menjelaskan perubahan ekonominya kepada para investor. "Kepada investor, kami ingin tegaskan bahwa kami serius dengan perubahan. Perubahan yang komprehensif," kata Al Falih.

Al Falih mengatakan negaranya sedang menciptakan masa depan selain minyak dan gas bumi. Arab Saudi sedang menciptakan industri baru melalui pertambangan, manufaktur dan pariwisata. Sektor tersebut diyakini akan membawa banyak harapan. 

img
Mona Tobing
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan