Empat wanita anggota Kongres AS menjawab serangan Trump
Empat wanita anggota Kongres Amerika Serikat yang menjadi target serangan Donald Trump lewat serangkaian twit pada Minggu (14/7) menyerukan agar orang-orang mengabaikan pernyataan Trump. Secara luas, kicauan Trump dikecam rasialis dan xenofobia.
Dalam konferensi pers bersama pada Senin (15/7), Alexandria Ocasio-Cortez, Ilhan Omar, Ayanna Pressley dan Rashida Tlaib yang dijuluki The Squad meminta rakyat AS agar tidak terpancing dengan kicauan Trump. Mereka menekankan bahwa fokusnya harus pada kebijakan, bukan kata-kata sang presiden.
"Ini ... hanyalah gangguan dari kekacauan kejam dan budaya korup pemerintahan ini," kata Pressley.
Pressley juga menolak upaya Trump yang disebutnya memarginalkan dan membungkam mereka. Dia menambahkan bahwa mereka tidak hanya berempat.
"Pendukung kami besar. Pendukung kami termasuk setiap orang yang berkomitmen untuk membangun dunia yang lebih adil dan tidak memihak," ungkap Pressley.
Dalam kesempatan yang sama, Omar dan Tlaib mengulang seruan mereka agar Trump dimakzulkan, sikap yang selama ini ditolak pimpinan Demokrat.
Keempat perempuan tersebut bersikeras bahwa isu layanan kesejatan, kekerasan senjata dan khususnya penahanan migran di perbatasan AS dengan Meksiko harus menjadi fokus bersama.
"Sejarah mengawasi kita," sebut Omar, mengutuk apa yang disebutnya serangan deportasi massal dan pelanggaran HAM di perbatasan.
Omar mengatakan serangan rasialis terang-terangan Trump terhadap dia dan rekan-rekannya adalah agenda kaum nasionalis kulit putih.
Trump sebelumnya telah menuding Omar mendukung kelompok Al Qaeda.
"Saya tahu bahwa seluruh muslim di negeri ini dan seluruh dunia telah mendengar pernyataan tersebut. Jadi, saya tidak akan repot-repot memberi sebuah jawaban," ujar Omar seraya menambahkan bahwa sama halnya dia pun tidak berharap anggota komunitas kulit putih merespons ketika seorang pria kulit putih melakukan pembunuhan di sekolah, bioskop, masjid atau sinagog.
Adapun Tlaib menyebut twit-twit Trump hanyalah kelanjutan dari pandangan rasialis dan xenofobianya.
"Kami tetap fokus meminta pertanggungjawaban hukumnya atas negara ini," tegas Tlaib.
Sementara itu, Ocasio-Cortez meminta agar setiap orang menyampaikan pesan kepada generasi muda AS: "Tidak peduli apapun yang disampaikan presiden yang satu ini, negara ini milik kalian."
"Kami tidak akan meninggalkan sesuatu yang kami cintai," ucap Ocasio-Cortez, menambahkan bahwa pikiran dan pemimpin yang lemah menantang loyalitas terhadap AS untuk menghindari tantangan dan debat menyangkut kebijakan.
Pemicu perseteruan
Pada Jumat (12/7), Ocasio-Cortez, Tlaib dan Pressley memberikan kesaksian kepada komite DPR tentang kondisi di pusat penahanan migran yang telah mereka kunjungi.
Demokrat telah secara luas mengkritik pendekatan pemerintahan Trump terhadap kontrol perbatasan, dengan mengatakan penahanan migran dilakukan dalam kondisi yang tidak manusiawi.
Dari sisi Trump, perbatasan tengah menghadapi krisis. Dia membela tindakan agen perbatasan. Pada 16 Juli, pemerintahan Trump mengumumkan aturan baru yang bertujuan mengekang migrasi dari Amerika Tengah.
Pascakesaksian mereka, Trump menulis menulis serangkaian twit tentang keempat perempuan tersebut.
"Sangat menarik melihat perempuan Demokrat 'progresif' yang duduk di Kongres yang awalnya berasal dari negara-negara yang pemerintahannya rusak total, sangat buruk, paling korup dan tidak kompeten di seluruh dunia (itupun jika pemerintahan mereka berfungsi), sekarang dengan keras dan kejam memberitahu rakyat Amerika Serikat, bangsa terbesar dan terkuat di muka Bumi, bagaimana cara menjalankan pemerintahan," twit Trump.
....it is done. These places need your help badly, you can’t leave fast enough. I’m sure that Nancy Pelosi would be very happy to quickly work out free travel arrangements!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) 14 July 2019
"Mengapa mereka tidak pulang dan membantu memperbaiki tempat yang benar-benar rusak dan penuh kejahatan, di mana mereka berasal. Kemudian kembali dan dan menunjukkan kepada kita bagaimana mereka menyelesaikannya," tulis Trump.
Dari keempat perempuan anggota Kongres itu, tiga di antaranya, Ocasio-Cortez, Tlaib dan Ayanna Pressley dilahirkan dan dibesarkan di Amerika Serikat. Sementara Omar, pindah ke AS saat masih anak-anak.
Trump kembali melipatgandakan serangan pada Senin. Dalam konferensi pers di luar Gedung Putih dia mengatakan, "Jika Anda tidak bahagia, jika Anda selalu mengeluh, Anda bisa pergi."
Sementara The Squad menggelar konferensi pers pada Senin malam, twit kontroversial Trump kembali muncul.
"Jika Anda tidak bahagia di sini, Anda bisa pergi! Ini adalah pilihan Anda, dan pilihlah sendiri. Ini tentang cinta kepada Amerika," twit Trump. "Beberapa orang membenci negara kita ... Mereka anti-Israel, pro Al Qaeda ... Sayap kiri radikal Demokrat menginginkan perbatasan yang terbuka, itu artinya narkoba, kejahatan, penjualan manusia dan banyak lagi."
We will never be a Socialist or Communist Country. IF YOU ARE NOT HAPPY HERE, YOU CAN LEAVE! It is your choice, and your choice alone. This is about love for America. Certain people HATE our Country....
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) 15 July 2019
Kalangan Demokrat mengutuk pernyataan Trump. Demikian pula dengan sejumlah politikus Republikan.
Senator Tim Scott, satu-satunya politikus Republikan Afrika-Amerika di Senat mencap kata-kata Trump rasialis yang ofensif. Anggota Kongres Republikan Will Hurd yang juga keturunan Afrika-Amerika menggambarkan twit Trump rasialis dan xenofobia.
Senator yang juga mantan kandidat capres Partai Republik Mitt Romney mengatakan pernyataan Trump destruktif, merendahkan dan memicu perpecahan.
"Orang-orang dapat berbeda pendapat tentang politik dan kebijakan, tapi mengatakan kepada warga AS untuk kembali ke tempat asal mereka sudah melampaui batas," twit Romney.
People can disagree over politics and policy, but telling American citizens to go back to where they came from is over the line.
— Mitt Romney (@MittRomney) 15 July 2019
Ketua DPR Nancy Pelosi telah mengumumkan akan melakukan pemungutan suara untuk menghasilkan resolusi demi mengutuk pernyataan Trump yang disebutnya serangan menjijikkan. Pemungutan suara paling cepat akan dilakukan pada Selasa (16/7).
Respons sekutu AS
Beberapa pemimpin sekutu AS bersuara menentang pernyataan Trump. Perdana Menteri Selandia Baru yang dipuji atas respons cepat dan tepatnya terhadap penanganan teror Christchurch yang menargetkan migran muslim mengatakan bahwa dia sepenuhnya tidak setuju dengan Trump.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau juga mengecam komentar Trump.
"Bukan begitu cara kami melakukannya di Kanada. Seorang warga Kanada tetap seorang Kanada," tegas Trudeau.
Dua calon PM Inggris turut serta mengutuk pernyataan Trump. Jeremy Hunt menuturkan twit Trump mengerikan, sementara rivalnya, Boris Johnson mengatakan bahwa Trump tidak seharusnya bicara soal mengirim orang ke tempat asal mereka.
Sebelumnya, PM Theresa May menyatakan bahwa pernyataan Trump sama sekali tidak dapat diterima.