Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding aksi terorisme di masjid kawasan Christchurch Selandia Baru sudah diatur.
Aksi teroris di dua masjid yakni Masjid Linwood dan Al Noor di Christchurch, menewaskan kurang dari 50 orang yang tengah salat Jumat. Erdogan menuding aksi itu sebagai 'bukan perbuatan perorangan tapi diatur.'
"Kami sekali lagi berbicara dari Canakkale setelah 104 tahun, dan mengatakan kami telah menerima pesanmu," kata Erdogan saat upacara peringatan ke-104 Pertempuran Canakkale, untuk memperingati mereka yang gugur dalam kemenangan bersejarah Turki, Senin (18/3).
"Kami juga mengerti teroris macam apa itu yang menyampaikan ancaman 'Kalian takkan pergi dari sisi Anatoli ke sisi Eropa," kata Erdogan, sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu. Ia merujuk kepada pengejawantahan Islamfobia yang disiarkan daring oleh tersangka teroris dalam serangan tersebut, "Ini bukan perbuatan per orangan, tapi sudah diatur."
Di dalam percakapan telepon, Erdogan juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dalam serangan teroris itu.
"Kami berharap Pemerintah Selandia Baru akan memperlakukan ini secara sungguh-sungguh," katanya.
"Ini tak boleh diremehkan, seperti yang dilakukan negara-negara Barat," tambah Erdogan.
Sedikitnya 50 orang meninggal ketika seorang teroris melepaskan tembakan ke arah orang yang sedang salat Jumat pekan lalu di Masjid An-Nur dan Linwood di Christchurch, Selandia Baru.
Sejumlah orang yang sama cedera, dan beberapa orang dilaporkan masih berada dalam kondisi kritis.
Warga Turki
Sementara itu, seorang warga negara Turki mengalami peristiwa yang nyaris merenggut nyawanya dalam serangan teroris pada Jumat di Christchurch, Selandia Baru.
Mustafa Boztas, yang berada di Masjid An-Nur di Christchurch selama serangan teror, mengatakan pada Ahad (17/3) kepada Kantor Berita Turki, Anadolu, bahwa ia ditembak di kaki oleh teroris tersebut tapi dengan susah-payah berhasil menyelamatkan diri melalui jendela masjid.
Boztas, yang saat ini dirawat di rumah sakit, mengatakan bahwa saat kejadian ia bergegas keluar melalui jendela masjid ketika tembakan berhenti.
Ia mengenang bagaimana orang yang sedang shalat berusaha keluar dari masjid ketika mereka menyadari bahwa itu adalah serangan teror.
"Semua orang mulai berlarian dan berteriak," kata Boztas. "Teroris menembaki kami. Lalu ia pergi," katanya.
Penembakan tersebut berhenti sebentar, ia mengenang, dan menduga mungkin teroris itu berusaha mengisi kembali senjatanya.
"Ketika penembakan berhenti, saya mengangkat kepala sementara tak ada seorang pun di sana. Saya memecahkan kaca jendela dengan menggunakan kepala saya dan menyelamatkan diri," katanya.
Ia selamat dalam hitungan detik, katanya, sementara kamera teroris tersebut merekam dia meninggalkan tempat itu.
Boztas menambahkan bahwa di luar masjid ia melihat seorang lelaki muda di tanah.
"Saya melakukan tindakan penyelamatan. Saya berusaha menyelamatkan dia tapi sayangnya ia sudah meninggal, jadi saya menutup matanya dan mendengar suara tembakan lain, jadi saya berlari," katanya.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut tiga warga negaranya Turki termasuk di antara orang yang cedera dalam serangan teroris itu. (Ant/Anadolu).