Eritrea telah membuka kembali kedutaannya di Ethiopia. Itu menandai langkah penting yang diambil pemimpin kedua negara dalam memperkuat proses perdamaian antara dua mantan musuh bebuyutan.
Seperti dikutip dari CNN, Selasa (17/7), Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed dan Presiden Eritrea Isaias Afwerki bersama-sama menaikkan bendera Eritrea di dalam laman kantor kedutaan yang baru saja direnovasi. Sementara, sebuah band militer mengumandangkan lagu kebangsaan Eritrea.
Lewat sebuah twit, Menteri Informasi Ethiopia Yemane Meskel mengatakan bahwa momen itu "merupakan tonggak lain dalam hubungan perdamaian dan persahabatan yang kuat dan khusus, yang kedua negara kembangkan dengan sungguh-sungguh di masa-masa penting ini."
Kedutaan Besar Eritrea di Ethiopia ditutup pada tahun 1998 ketika perselisihan perbatasan memperburuk hubungan yang sudah renggang antara kedua negara.
Selain mengurangi ketegangan di Tanduk Afrika yang bergejolak, hubungan baru ini juga membawa insentif ekonomi dan keamanan bagi kedua negara.
Pembukaan kembali Kedubes Eritrea ini merupakan puncak dari lawatan tiga hari Presiden Afwerki ke Ethiopia, kunjungan kepala negara pertama dalam 22 tahun terakhir. Kedatangannya disambut dengan sangat baik.
Afwerki menerima hadiah berupa kuda, perisai, dan tombak dari Presiden Oromia Lemma Megerssa.
"Tombak dan perisai adalah barang paling berharga dari prajurit tradisional Oromo," ungkap kepala staf PM Ahmed, Fitsum Arega.
Lawatan Afwerki
"Saya merasakan kebahagiaan tanpa batas ketika saya menyampaikan pesan perdamaian, cinta, dan harapan baik dari rakyat Eritrea. Dan, saya mengucapkan selamat atas perubahan-perubahan yang berhasil dan bersejarah yang telah Anda lakukan," kata Presiden Afwerki dalam sebuah konser perayaan proses perdamaian di Millenial Hall di Addis Ababa.
Pembukaan Kedubes Eritrea di Ethiopia ini terjadi sepekan setelah PM Ahmed mengunjungi Eritrea dan menandatangani perjanjian dengan mitranya, yang membawa akhir simbolis dari sengketa 20 tahun.
Kedua negara telah berada dalam pertempuran militer sejak konflik perbatasan pecah pada tahun 1998.
Sebelumnya, sebuah perjanjian pernah ditandatangani di Aljazair pada Desember 2000. Namun permusuhan kembali terjadi setelah Ethiopia menolak menerima keputusan komisi perbatasan PBB mengenai kota perbatasan Badme dan sekitarnya.
Sejak mengakhiri 'keadaan perang', kedua pemimpin telah sepakat untuk membuka kedutaan, pelabuhan, saluran telepon dan melanjutkan penerbangan antara kedua negara.