close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Janet L. Yellen /CNBC
icon caption
Janet L. Yellen /CNBC
Dunia
Kamis, 01 Februari 2018 10:53

Yellen pensiun, The Fed akan naikkan suku bunga lagi

Jika ditelisik, keputusan Yellen mempertahankan suku bunga seakan menggambarkan bahwa prospek ekonomi AS masih rapuh dan butuh bantuan.
swipe

Pasca pidato ekonomi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga acuannya. Keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 1,25% hingga 1,5% dilandasi arahan Trump yang menjanjikan lapangan pekerjaan terus tumbuh. Padahal, inflasi diperkirakan bakal naik.  

Pada era akhir kepemimpinan Janet L. Yellen sebagai Ketua The Fed, dia menaikkan suku bunga sebanyak dua kali pada tahun 2017. Pada Maret 2017, The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 basis point (bps) menjadi 1% dari 0,75%. Dilanjutkan pada akhir tahun 2017, suku bunga ditetapkan 1,25% sampai 1,5%. 

Nah, tahun ini The Fed yang akan dinahkodai oleh Jarome H. Powell diperkirakan bakal menaikkan suku bunga selama tiga kali. Mengulang seperti tahun lalu, kenaikan suku bunga diperkirakan terjadi pada bulan Maret. 

New York Times menyebut keputusan Yellen mempertahankan suku bunga jika ditelisik, seakan menggambarkan bahwa prospek ekonomi AS masih rapuh dan butuh bantuan. Jauh dari klaim Presiden AS yang dalam pidato pertamanya menyebut ekonomi negeri Paman Sam makin menguat.

Meski stabil, pertumbuhan ekonomi secara historis disebut tetap lemah. Bahkan sekalipun angka pengangguran cukup rendah, pertumbuhan upah dinilai lamban. 

Seperti diketahui, perekonomian AS tumbuh 2,3% pada tahun 2017. Trump mengklaim pencapaian tersebut menjadi periode dengan pertumbuhan ekonomi stabil yang mentereng.

Bahkan, tahun ini pertumbuhan ekonomi disebut akan berlari lebih cepat yang terdorong sejumlah kebijakannya. Salah satunya, pemangkasan pajak sebesar US$ 1,5 triliun yang mulai berlaku pada Januari 2018. 

Yellen punya jasa besar atas pencapaian ekonomi AS tersebut. Penguatan ekonomi yang terjadi di bawah kepemimpinannya memang patut dipuji. 

Pada periodenya, The Fed terus memperpanjang kampanye stimulus ekonomi yang dimulai setelah krisis keuangan tahun 2008. Walaupun para kritikus terus memperingatkan bahwa The Fed telah kehabisan kemampuannya untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan melepaskan inflasi. 

Yellen justru meyakinkan kepada para sesama pejabat The Fed, bahwa ekonomi memiliki ruang tumbuh dan dia berhasil membuktikannya. Atas pencapaian tersebut, sebagian pegawai The Fed pun memberikan penghormatan dan berterimakasih pada wanita yang dijuluki bankir paling berpengaruh di dunia ini.

Menebak arah Powell 

Lalu setelah Yellen pensiun, bagaimana kebijakan The Fed? Sejumlah ekonom memprediksi Powell yang merupakan orang Partai Republika ini akan mengekor kebijakan Yellen. Powell yang menjabat Gubernur The Fed sejak tahun 2002 ini selalu konsisten mendukung kebijakan Yellen selama menjadi pemimpin nomor satu di bank sentral tersebut. 

"Saya kemungkinan akan melanjutkan kampanye stimulus," tukas Powell selama proses fit and proper oleh Donald Trump. 

Ahli strategi investasi Aberdeen Standard Investments Luke Bartholomew menilai bahwa The Fed kedepan akan sangat mudah ditebak. Luke menyebut The Fed akan menaikan suku bunga lebih cepat. 

Hal ini berkaca pada resiko pemotongan pajak sebesar US$ 1,5 Triliun yang dimulai Januari lalu. Atas kebijakan tersebut baik pertumbuhan ekonomi dan inflasi akan berjalan lebih cepat. Walhasil, kenaikan suku bunga pun harus mengikuti. 

Powell punya tugas berat setelah Yellen, berkaca kondisi ekonomi AS yang diperkirakan melaju cepat. Maka, kebijakan The Fed juga harus taktis. Apabila nilai aset keuangan terus melonjak namun biaya pinjaman tetap rendah. Tidak ada pilihan bahwa The Fed harus bergerak lebih cepat menaikan suku bunga. 

Powell juga diminta untuk mengesampingkan fokus The Fed yang selama ini yang menaikan suku bunga secara perlahan, apabila pasar tenaga kerja menguat. Meskipun, saran tersebut belum tentu akan dilakukan Powell. Sebab mantan pengacara tersebut dinilai mirip seperti Yellen yang enggan menyuarakan secara terbuka kekhawatirannya akan gelembung di pasar keuangan. 

img
Mona Tobing
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan