Pada Rabu (27/11), Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta memperingati 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-AS dengan menggelar pertunjukan gamelan. Uniknya, para pemain gamelan yang tampil merupakan staf kedubes yang tergabung dalam grup bernama Duta Laras.
"Awalnya kami tidak pernah berniat untuk tampil di depan publik. Tujuan kami hanya untuk bersenang-senang dan belajar gamelan," tutur Atase Angkatan Laut untuk Kedubes AS di Jakarta Gregory Adams di @america, Jakarta.
Adams menjelaskan bahwa Duta Laras terbentuk pada Maret ketika kawannya, seorang kolonel dari Angkatan Laut Indonesia, mengajaknya menonton pertunjukan gamelan.
"Dia kemudian mengundang saya untuk belajar bermain setelah saya melihat penampilan gamelan di Gereja Kristen Jawa Nehemia (GKJN)," ujar dia.
Ada 11 staf Kedubes AS yang tergabung dalam grup gamelan tersebut. Tujuh di antaranya adalah warga AS dan empat lainnya WNI.
Adams menilai gamelan merupakan metafora sempurna untuk diplomasi karena keduanya sama-sama membutuhkan komitmen, menghadapi banyak tantangan dan memerlukan seluruh pihak untuk bekerja sama demi menciptakan harmoni.
"Hubungan 70 tahun AS-Indonesia merupakan pencapaian dan kemajuan yang signifikan bagi kedua pihak," ungkap dia.
Dalam penampilan pada Rabu, Duta Laras membawakan dua lagu yakni "Manyar Sewu" dan "Gugur Gunung". Penampilan mereka disusul oleh pertunjukan Tari Bambangan Cakil dan Tari Gambyong dari tim GKJN.
Adams, yang memainkan kendang dalam grup gamelannya, mengaku sedikit kesulitan mempelajari instrumen tersebut karena mentornya mengajar menggunakan bahasa Jawa.
"Selain itu, tempo musik gamelan berbeda dari musik Barat. Tapi setelah dipelajari, pelan-pelan terbiasa," kata dia.
Staf bagian Pengembangan dan Editor Informasi di Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) Indonesia Samantha Martin mengatakan bahwa dia bergabung dengan Duta Laras sejak enam bulan lalu.
Grup tersebut menggelar penampilan perdananya dalam rangka memperingati HUT ke-74 Indonesia di GKJN.
"Itu adalah pertunjukan pertama kami dan kami sangat senang mendapat peluang untuk tampil," tutur Martin.
Dalam kesempatan yang sama, Kitsie Emerson, pegiat Gamelan Jawa asal AS, menekankan bahwa pertukaran budaya antara Indonesia dan Amerika Serikat sangat penting bagi hubungan antarmasyarakat.
Emerson mempelajari gamelan di sejumlah universitas di Negeri Paman Sam dan kini mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan budaya tersebut.
"Saya mempelajari gamelan dari sejumlah profesor asal Jawa Tengah di Cornell University hingga University of California, Berkeley. Kesempatan itu semua berkat hubungan diplomatik antara Indonesia-Amerika," ujar dia.