Rashida Tlaib (42), imigran asal Palestina, yang terpilih menjadi anggota Kongres Amerika Serikat dari Michigan mengumumkan bahwa dia akan mengenakan gamis tradisional Palestina dalam pelantikannya pada Januari mendatang. Hal itu disampaikannya lewat Instagram pada Jumat (14/12).
Gamis adalah baju yang panjangnya semata kaki dan lazim dikenakan di negara-negara Arab serta sejumlah negara Afrika. Gamis tradisional Palestina dikenal dengan pola bordir merahnya. Namun, setiap kota di Palestina memiliki kekhasannya masing-masing.
Bersama dengan Ilhan Omar, imigran asal Somalia, Rashida mencatat sejarah sebagai wanita muslim pertama yang menduduki Kongres AS. Mereka terpilih dalam pemilu paruh waktu yang berlangsung pada November lalu.
Rashida menang dari distrik kongres ke-13 Michigan, di mana dia merupakan satu-satunya kandidat dari partai utama. Ada pun Ilhan menang dari distrik kongres kelima, menggantikan anggota kongres muslim pertama Keith Ellison, yang maju dalam pemilihan jaksa agung Minnesota. Keith berhasil memenangkannya.
Ibu Rashida berasal dari desa Beit Ur al-Fauqa di dekat Ramallah di Tepi Barat yang diduduki, sementara sang ayah berasal dari Beit Hanina, di Yerusalem Timur.
Bukan kali ini saja Rashida mencatat sejarah. Pada tahun 2008, dia berhasil memenangkan kursi legislatif Michigan, menjadikannya sebagai wanita muslim pertama yang melakukannya.
Dalam kampanyenya, Rashida berjanji untuk menjaga upah minimum tetap US$15, mencegah pemotongan untuk program kesejahteraan seperti asuransi dan jaminan sosial, serta menghentikan keringanan pajak untuk perusahaan besar.
Pada awal bulan ini, Rashida mengatakan kepada The Intercept bahwa dia berencana untuk memimpin delegasi Kongres ke Tepi Barat. Gagasannya itu jika terwujud kelak akan menabrak tradisi yang telah berlangsung selama beberapa dekade, yakni anggota Kongres yang baru terpilih lazimnya akan melakukan perjalanan ke Israel dengan disponsori oleh kelompok lobi American Israel Public Affairs Committee (AIPAC).
Rashida berharap dapat menawarkan kepada sesama anggota Kongres pengantar alternatif bagi konflik Israel-Palestina.
Menurut The Intercept, kelompok yang dipimpinnya akan fokus pada sejumlah isu seperti penahanan anak-anak Palestina, pendidikan, akses ke air bersih, dan kemiskinan Israel.