Perang nuklir antara dua kekuatan utama di dunia, Amerika Serikat (AS) dan Rusia bisa saja pecah di Suriah. Saling ancam dan perang urat saraf sudah terjadi. Bahkan Negara Paman Sam dan sekutunya punya dalih menyerang Suriah. Sebaliknya, Rusia punya alasan melindungi negaranya.
Setelah sebelumnya, tensi dua negara menegang akibat kasus upaya pembunuhan mantan agen ganda Rusia di Inggris. Kini relasi mereka kian panas pasca terkuaknya interfensi Rusia pada pemilu presiden di AS.
“Begitu ada misil AS ditembakkan ke Suriah, kita akan tembak hingga jatuh. Tempat peluncuran juga akan menjadi target serangan kita,” ancam Duta Besar Rusia Alexander Zasypkin yang disebarkan melalui media pada Selasa malam, dilansir Channel News Asia, Rabu (11/4).
Pernyataan Zasypkin juga ditegaskan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Dia memerintahkan panglima militer untuk menyiapkan segala langkah untuk melindungi Suriah dari ancaman serangan dari AS dan aliansinya. AS dan sekutunya mempertimbangkan serangan ke Suriah setelah tudingan serangan gas beracun yang menewaskan puluhan orang di Douma pada Sabtu lalu.
“Ketegangan seharusnya dihindari. Kita siap bernegosiasi,” ungkap Zasypkin.
Ketegangan Washington dan Moskow juga terjadi saat sidang Dewan Keamanan PBB pada Selasa (10/4) membentuk tim penyidikan senjata kimia di Suriah. Mereka saling memblok kebijakan yang merugikan kepentingan mereka.
Sementara itu, beredar kabar di Gedung Putih, Presiden Donald Trump memberikan perhatian serius dalam isu rencana serangan ke Suriah. Itu terbukti dengan pembatalan kunjungan Trump ke Amerika Latin. Dia juga mengungkapkan respons cepat akan dilakukan guna menyikapi serangan gas beracun di Suriah.
Sinyal tentang akan adanya serangan ke Suriah oleh AS dan aliansinya ditandai oleh regulator penerbangan di berbagai negara, termasuk AS, Inggris, Prancis, dan Jerman. Mereka mengingatkan agar maskapai tidak memasuki wilayah udara Suriah. Eurocontrol yang mengatur penerbangan di Eropa juga meminta pesawat juga menjauhi wilayah Suriah yang dikuasai pasukan Presiden Bashar al-Assad.