Gedung Putih berusaha untuk "menutup rapat-rapat" seluruh rincian telepon antara Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada 25 Juli 2019. Demikian menurut pengaduan baru dari whistleblower atau pelapor pelanggaran dari komunitas intelijen AS yang dirilis pada Kamis (26/9).
"Serangkaian tindakan ini bagi saya menggarisbawahi bahwa para pejabat Gedung Putih memahami gravitasi dari apa yang terjadi dalam transkip itu," tulis pelapor dalam keluhan terbarunya.
Dalam percakapan telepon tersebut, Trump mendorong Zelensky untuk menyelidiki saingan politik utamanya, Joe Biden.
Pengaduan baru menyebutkan bahwa transkip percakapan Trump dan Zelensky tidak disimpan dalam sistem komputer yang biasa, melainkan dalam sistem terpisah yang digunakan untuk informasi rahasia. Menurut sang pelapor ini bukan kali pertama pemerintahan Trump menempatkan transkip presiden secara khusus semata-mata dengan tujuan untuk melindungi informasi yang sensitif secara politis, bukan sensitif pada keamanan nasional.
Whistleblower menyebut Trump menggunakan kekuasaannya untuk meminta campur tangan asing dalam Pemilu AS 2020.
Nancy Pelosi, politikus senior Demokrat, pada Selasa (24/9) mengumumkan bahwa partainya mendorong sebuah penyelidikan yang menargetkan pemakzulan Trump.
Pelosi menuduh, lewat perbincangan teleponnya dengan Zelensky, Trump mencari bantuan asing untuk mencoreng reputasi Biden, yang tengah bertarung untuk menjadi calon presiden dari Partai Demokrat. Pelosi juga menyebut bahwa Trump menggunakan bantuan militer ke Ukraina sebagai alat tawar menawar.
Trump mengakui bahwa dia secara pribadi memblokir bantuan senilai hampir US$400 juta untuk Ukraina beberapa hari sebelum dia berbicara dengan Zelensky. Namun, Trump membantah dia menjadikan itu sebagai alat untuk menekan Ukraina agar menyelidiki Biden.
Pengaduan whistleblower dirilis ketika anggota parlemen AS di komite intelijen DPR mulai mempertanyakan pejabat tinggi intelijen terkait isu ini. Penjabat Direktur Intelijen Nasional Joseph Maguire awalnya menolak untuk berbagi informasi dengan Kongres.
Tetapi dalam pertemuan pada Kamis, Maguire mengatakan bahwa dia meyakini pelapor telah bertindak dalam iktikad baik dan melakukan hal yang benar.
Trump sendiri telah menolak proses pemakzulan, menyebutnya sebagai hoaks dan perburuan lain penyihir. Sebelumnya, Trump juga mencap penyelidikan atas dugaan keterlibatan Rusia dalam Pilpres AS sebagai perburuan penyihir.
Berbicara kepawa wartawan di Gedung Putih pada Kamis, Trump mengatakan, proses pemakzulan tidak dapat diizinkan terjadi.
"Apa yang dilakukan Demokrat terhadap negara ini memalukan dan seharusnya tidak diizinkan," kata Trump. "Seharusnya ada cara untuk menghentikannya, mungkin secara hukum melalui pengadilan."
Tidak ada bukti atas tuduhan terhadap Biden
Selama percakapan teleponnya dengan Zelensky, Trump membahas pencopotan Jaksa Agung bernama Viktor Shokin pada 2016. Dia kemudian membahas tentang putra Biden, Hunter Biden, dan tuduhan tidak berdasar bahwa Biden yang saat itu menjabat sebagai Wapres AS menghentikan proses hukum terhadap anaknya dengan melobi Ukraina untuk memecat Shokin.
Shokin terlibat dalam penyelidikan di Burisma, sebuah perusahaan gas alam, di mana Hunter duduk sebagai anggota dewan.
Trump meminta Zelensky untuk bekerja sama dengan Jaksa Agung William Barr dan pengacara pribadinya, Rudolph Giuliani, demi menyelidiki hal tersebut.
Tidak ada bukti kesalahan yang dilakukan oleh Biden dan Hunter.
Biden, bersama dengan sejumlah pejabat Barat lainnya, menyerukan agar Shokin dipecat karena persepsi bahwa dia lunak atas korupsi.
Ketika Shokin diganti, penggantinya terus menyelidiki Burisma selama 10 bulan sebelum penyelidikan berakhir.
Kementerian Kehakiman pada Rabu mengatakan bahwa Trump belum berbicara dengan jaksa agung soal penyelidikan Biden oleh Ukraina. (BBC dan Reuters)