Guatemala kembali membuka kedutaan besar mereka di Jakarta setelah sempat ditutup pada 1993 akibat krisis ekonomi yang melanda negara itu.
Pada Selasa (10/12), Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Guatemala Sandra Erica Jovel Polanco memotong pita untuk menandai pembukaan kembali Kedubes Guatemala yang bertempat di Gedung WTC 1, Sudirman, Jakarta.
"Pembukaan kembali Kedubes Guatemala di Jakarta menandai babak baru hubungan bilateral antara kedua negara," tutur Menlu Retno.
Dia menyebut, Kedubes Guatemala akan menjadi infrastruktur diplomatik yang strategis dan penting untuk meningkatkan kerja sama bilateral antarnegara.
"Selamat atas pembukaan kembali kedubes ini. Percayalah, Kedubes Guatemala akan memainkan peran signifikan dalam mempromosikan dan meningkatkan hubungan antarnegara dan antarmasyarakat," lanjut Menlu Retno.
Dalam kesempatan yang sama, Menlu Polanco menyatakan bahwa bagi Guatemala, membuka kembali kedubes merupakan hal yang penting untuk memperkuat kehadiran negara di panggung dunia.
"Kedubes ini akan membuka pintu-pintu dan kesempatan baru baik bagi Guatemala maupun Indonesia. Lebih jauh, langkah pembukaan kembali kedubes ini akan mendorong kedua negara untuk sama-sama berjuang meraih perdamaian dan stabilitas internasional," ungkap dia.
Lebih lanjut, Menlu Retno menjelaskan bahwa konektivitas dan komunikasi yang baik antara Guatemala-Indonesia akan mendorong penguatan kerja sama di banyak bidang, termasuk ekonomi.
Guatemala, jelasnya, merupakan mitra dagang terbesar kedua Indonesia di Amerika Tengah. Perdagangan bilateral pada 2018 mencapai US$50,2 juta dan terus berupaya ditingkatkan melalui berbagai mekanisme kerja sama.
Menurut Retno, pembukaan kembali Kedubes Guatemala juga memperlihatkan niat negara Amerika Tengah itu untuk memperkuat presensi di Asia Tenggara.
"Saya yakin yang dilihat oleh Guatemala adalah kesempatan dan persahabatan yang dapat diperoleh dari Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya," kata dia.