Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol memberlakukan masa berkabung nasional dan menetapkan distrik Itaewon yang populer di Seoul sebagai zona bencana setelah bencana Sabtu (29/10) malam.
Dikutip dari Reuters, Minggu (30/10), Presiden Yoon menyatakan belasungkawa kepada para korban dan keinginannya untuk pemulihan yang cepat bagi banyak orang terluka. Peristiwa itu menjadi salah satu bencana terburuk di Korea Selatan dan desak-desakan terburuk di dunia dalam beberapa dekade.
"Ini benar-benar tragis," katanya dalam sebuah pernyataan.
Dia bersumpah untuk menyelidiki penyebab bencana itu. "Tragedi dan bencana yang seharusnya tidak terjadi terjadi di jantung kota Seoul tadi malam."
Berdasarkan informasi terakhir, peristiwa di Itaewon menewaskan 153 orang dengan rata-rata berusia sekitar 20 tahun. Kemudian, 20 dari total korban meninggal dunia merupakan WNA.
Kondisi miris usai peristiwa itu terlihat kala anggota keluarga yang terkejut mengumpulkan mayat dan orang tua mencari anak-anak.
"Berita ini datang seperti sambaran petir dari langit biru," kata seorang ayah yang menangis saat mengambil jenazah putrinya dari kamar mayat di ibu kota negara.
Choi Sung-beom selaku Kepala Stasiun Pemadam Kebakaran Yongsan, mengatakan pada briefing di tempat kejadian 82 orang terluka, 19 di antaranya serius. Keluarga dan teman-teman putus asa mencari kabar dari orang yang dicintai di pusat komunitas berubah menjadi fasilitas untuk orang hilang.
kementerian Dalam Negeri menuturkan, setidaknya 90% dari korban telah diidentifikasi pada tengah hari. Penundaan mempengaruhi beberapa warga negara asing dan remaja yang belum memiliki kartu identitas.
Peringatan darurat mulai muncul di dekat lokasi, dengan penonton meninggalkan bunga dan catatan.