Seorang guru tari Australia yang berada di dalam pesawat Singapore Airlines Penerbangan SQ321 tidak akan pernah bisa menari lagi. Pasalnya, ia mengalami cedera parah pada tulang belakang akibat turbulensi parah yang dialami pesawat yang ditumpanginya itu.
Kerry Jordan, 52 tahun, juga mengatakan kepada surat kabar The Advertiser yang berbasis di Adelaide bahwa dia tidak dapat melakukan semua “hal dasar” dengan tangannya, seperti makan sendiri, menyikat gigi, mengganti saluran TV, dan menggunakan ponselnya.
“Saya pikir itu yang tersulit, karena saya tidak bisa merasakan sebagian besar tubuh saya,” katanya kepada The Advertiser dari Rumah Sakit Royal Adelaide.
Ms Jordan mengalami patah tulang belakang di segmen C7-T1, yang menghubungkan leher ke punggung atas. Dia juga mengalami pendarahan otak, patah tulang belakang C1 dan C2 di bagian atas tulang belakang, dan patah tulang rusuk.
Perjalanan yang mengakhiri karir guru tari
Ms Jordan dan suaminya Keith Davis kembali dari liburan di Inggris pada tanggal 21 Mei ketika pesawat mereka tiba-tiba mengalami turbulensi ekstrem.
Menurut media Inggris Sky News, Jordan telah kembali ke tempat duduknya dan mencoba mengenakan sabuk pengaman ketika turbulensi terjadi.
Penerbangan SQ321 sedang menuju Singapura dari London ketika pesawat naik dan turun dengan cepat dua kali dalam 62 detik di atas Cekungan Irrawaddy di Myanmar. Satu penumpang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Boeing 777-300ER yang membawa 211 penumpang dan 18 awak melakukan pendaratan darurat di Bandara Suvarnabhumi Bangkok.
Ms Jordan, yang merupakan guru tari di Mitcham Girls High School di Australia Selatan, mengatakan insiden itu “benar-benar keras”.
“Secara harfiah semuanya mulai bergetar hebat… Yang saya ingat hanyalah berada di udara dan semuanya benar-benar sunyi dan kemudian saya tergeletak di lantai,” ungkapnya.
Dia dibawa ke Rumah Sakit Samitivej Srinakarin di Bangkok untuk menjalani operasi darurat karena cedera tulang belakang yang parah dan kemudian dievakuasi secara medis ke Adelaide.
News.com.au melaporkan bahwa dia tidak dapat merasakan kakinya segera setelah kejadian tersebut dan harus tetap di lantai selama sisa penerbangan.
Ms Jordan, yang harus menjalani rehabilitasi selama berbulan-bulan, mengatakan dia bisa menggerakkan lengannya tetapi tidak bisa menggunakan tangannya.
Suaminya mengatakan kepada media Australia bahwa dia terpesona dengan ketangguhan istrinya. “Ini sangat menginspirasi. Saya tidak tahu bagaimana dia bangun setiap hari dan terus melakukannya,” kata sang suami.
Pada bulan Mei, Singapore Airlines meminta maaf kepada pasangan tersebut setelah Davis mengeluh tentang kurangnya informasi dari maskapai tersebut setelah insiden tersebut.
Kepala eksekutif SIA Goh Choon Phong bertemu dengan Davis dan penumpang lain yang terkena dampak.
“Kami tetap berkomitmen untuk memberikan dukungan kepada seluruh penumpang dan awak pesawat SQ321, serta anggota keluarga dan orang-orang tercinta mereka,” kata SIA.(straitstimes,theadvertiser)