Malaysia merasa kekurangan ayam dan kelimpungan karena harganya yang melambung. Negeri Jiran ini pun mengeluarkan kebijakan untuk mengamankan pasokan ayam dalam negeri dengan melarang ekspor per 1 Juni nanti.
Dengan kebijakan ini ekspor Malaysia yang mencapai 3,6 juta ayam sebulan akan dihentikan sampai produksi dan harga stabil. Kabar ini disampaikan Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob pada Senin (23/5).
Pemerintah Malaysia pun akan membuka lebar kran impor ayam untuk meningkatkan pasokan ayam negara. Untuk itu pintu izin impor untuk unggas pun akan ditiadakan.
“Pemerintah memandang serius persoalan pasokan ayam dan kenaikan harga yang berdampak pada masyarakat,” kata Datuk Seri Ismail dalam keterangannya.
Langkah itu dilakukan saat negara itu menghadapi kekurangan ayam seiring dengan melonjaknya harga. Warga pun mulai mengeluhkan masalah ini.
Menurut data Departemen Layanan Kedokteran Hewan Kementerian Pertanian dan Industri Makanan Malaysia, negeri itu mengekspor lebih dari 49 juta ayam hidup pada tahun 2020, serta 42,3 ton daging ayam dan bebek.
Singapura mengimpor hampir 73.000 ton ayam pada tahun 2021 - lebih dari sepertiga pasokan ayamnya - dari Malaysia. Menurut data dari Badan Pangan Singapura, daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi di Singapura, dengan konsumsi per kapita 36kg pada tahun 2020.
Ismail mengatakan buffer stock juga akan disimpan di fasilitas cold storage sementara proses klaim subsidi oleh peternak akan disederhanakan.
Pemerintah mengetahui laporan bahwa kartel mengendalikan harga dan produksi ayam, katanya.
Komisi Persaingan Malaysia (MyCC) sedang menyelidiki masalah ini dan penyelidikan diharapkan selesai pada Juni.
Pemerintah telah menetapkan harga pagu eceran RM8,90 (sekitar Rp30.000) per kilogram, dan memberikan subsidi kepada peternak unggas sebesar 60 sen per kg dari 5 Februari hingga 4 Juni.
Namun, hanya RM50 juta dari subsidi RM729,43 juta yang telah dibayarkan kepada peternak sejauh ini.
"Beberapa perusahaan besar tidak tertarik untuk mengajukan subsidi dan ingin pemerintah membiarkan harga ayam ditentukan oleh pasar,” kata Ismail.
Pengumuman ini dibuat setelah rapat mingguan Kabinet yang biasanya berlangsung Rabu, dimajukan ke Senin. Rapat membahas kelangkaan unggas yang menyebabkan harga ayam melambung.
Harga grosir dilaporkan melonjak menjadi sekitar RM13 per kg (Rp43.385) di pasar-pasar di Lembah Klang, sementara beberapa kios dikatakan telah tutup karena kurangnya pasokan.
Menurut laporan, peternak unggas telah menghentikan produksi karena penundaan pembayaran subsidi pemerintah.
Sebuah peternakan di Melaka dikatakan telah mengeluarkan pemberitahuan bahwa pasokan akan berhenti pada 21 dan 22 Mei karena ayam tidak bertambah berat.
Peternak unggas telah memperingatkan pemerintah bahwa harga pagu rendah yang berkelanjutan untuk ayam dan telur akan merugikan industri dalam jangka panjang.
Mereka mengatakan mereka berjuang di tengah meroketnya biaya pakan karena perang yang sedang berlangsung antara Ukraina dan Rusia, yang telah mencekik pasokan biji-bijian dari kedua negara.
Rusia juga merupakan produsen utama pupuk yang dibutuhkan untuk menanam biji-bijian.
Sementara itu, subsidi minyak yang ditargetkan untuk kelompok berpenghasilan rendah Malaysia sedang dipertimbangkan karena kenaikan harga minyak mentah mendorong tagihan subsidi lebih tinggi.
Menteri Perdagangan dan Industri Internasional Azmin Ali mengatakan ini diperlukan setelah peningkatan proyeksi subsidi bahan bakar untuk 2022 menjadi RM28 miliar, dari RM11 miliar tahun lalu. (Straitstimes)