Pihak berwenang Hong Kong telah menangkap 117 orang di bawah Undang-Undang Keamanan Nasional yang diberlakukan satu tahun lalu.
Otoritas menuntut lebih dari 60 orang yang sebagian besar merupakan politikus, aktivis, jurnalis, dan mahasiswa prodemokrasi.
Pada 30 Juni 2020, Beijing memberlakukan UU Keamanan Nasional di Hong Kong setelah protes prodemokrasi yang berlangsung selama berbulan-bulan. UU tersebut menghukum tindakan yang dianggap China sebagai subversi, pemisahan diri, terorisme, dan kolusi dengan pasukan asing.
UU Keamanan Nasional mulai berlaku segera setelah diresmikan, tepat sebelum tengah malam menjelang peringatan 1 Juli kembalinya bekas jajahan Inggris ke pemerintahan China pada 1997.
Para kritikus undang-undang tersebut, termasuk beberapa negara Barat dan kelompok hak asasi manusia, menilai bahwa UU itu telah digunakan untuk menghilangkan perbedaan pendapat.
Menanggapi pertanyaan dari Reuters, Biro Keamanan Hong Kong mengatakan, UU Keamanan Nasional telah menghentikan kekacauan dan memulihkan ketertiban, serta mereka yang ditangkap mewakili sejumlah kecil populasi Hong Kong.
"Kami ingin menekankan bahwa setiap tindakan penegakan hukum ... didasarkan pada bukti, secara ketat sesuai dengan hukum," kata juru bicara biro tersebut.
Mereka menegaskan bahwa penangkapan tersebut tidak ada hubungannya dengan sikap politik, latar belakang, atau profesi.
Polisi mengatakan, yang termuda di antara 117 orang yang ditangkap di bawah UU Keamanan Nasional adalah warga berusia 15 tahun.
Sepuluh orang ditangkap pada 1 Juli di bawah undang-undang baru, dalam protes terhadap menentang undang-undang tersebut.
Persidangan Tong Ying-kit, yang dituduh mengendarai sepeda motor ke arah petugas polisi sambil membawa bendera dengan slogan protes, dimulai pekan lalu setelah pengadilan menolak jaminannya.
Tong, orang pertama yang ditangkap di bawah UU Keamanan Nasional, menghadapi tuduhan terorisme dan menghasut pemisahan diri. Dia mengaku tidak bersalah atas semua tuduhan.
Penangkapan terbesar di bawah UU baru itu terjadi pada Januari, ketika lebih dari 50 aktivis dan politikus prodemokrasi ditangkap sehubungan dengan pemilihan primer tidak resmi yang diselenggarakan oposisi secara independen untuk memilih kandidat terbaik mereka.
Dari jumlah tersebut, 47 didakwa dengan konspirasi untuk melakukan subversi pada 28 Februari dan sebagian besar dari mereka ditolak jaminan segera setelah itu dan tetap berada di dalam tahanan.
Penangkapan juga menjerat tokoh ternama yang merupakan taipan media dan kritikus keras Beijing, Jimmy Lai, pada Agustus 2020.