Menteri Luar Negeri Hungaria pada Senin (23/1) waktu setempat mengatakan, untuk sementara pemerintahnya tidak mendukung Uni Eropa mengirimkan dana untuk senjata ke Ukraina. Tetapi, dia menegaskan, tidak akan memblokir tahap yang direncanakan sebesar 500 juta euro (US$543 juta) dalam bantuan ke Kyiv untuk digunakan dalam perang dengan Rusia.
Berbicara pada konferensi pers di sela-sela pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels, Peter Szijjarto menepis anggapan laporan media yang muncul pekan lalu, bahwa Hungaria berencana untuk memveto dana yang dialokasikan untuk Ukraina di bawah Fasilitas Perdamaian Eropa pada blok tersebut.
“Kami tidak menganggap pengiriman senjata atau ratusan juta euro yang telah dihabiskan Eropa untuk membiayainya, sebagai ide yang bagus. Tetapi kami tidak akan menghalangi keputusan itu," katanya.
Budapest juga secara vokal menentang sanksi terhadap Moskow dan telah menolak untuk memberikan senjata kepada Ukraina atau mengizinkan pengiriman mereka melintasi perbatasannya dengan Ukraina.
Pada Senin, Szijjarto memperingatkan bahwa Hongaria akan menentang proposal UE di masa depan untuk memberikan sanksi pada industri tenaga nuklir Rusia, dengan alasan keputusan seperti itu akan berdampak buruk pada pengoperasian satu-satunya pembangkit listrik tenaga nuklir Hongaria, yang ditenagai oleh bahan bakar nuklir yang diproduksi Rusia.
“Kami tidak akan pernah menerima satu keputusan pun yang akan sedikit membatasi kerja sama nuklir Hungaria-Rusia,” katanya. “Itu akan membahayakan keamanan pasokan energi nasional kami, dan tidak seorang pun boleh melakukan itu dari kami.”
Szijjarto juga meminta pemerintah Ukraina untuk menghormati hak-hak etnis minoritas Hongaria di wilayah Transkarpatia Ukraina barat, di mana dia mengatakan etnis Hongaria baru-baru ini menjadi korban "serangan terkonsentrasi" oleh otoritas lokal.
"Kami sangat memprotes langkah-langkah ini dan juga harus dilihat bahwa setiap tindakan tersebut membuat kami sangat sulit untuk membuat keputusan yang mendukung Ukraina di masa depan,” kata Szijjarto.