Deputi Kerja Sama Internasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Andhika Chrisnayudhanto mengatakan bahwa Indonesia tertarik untuk menjalin kerja sama dengan Denmark dalam bidang kontraterorisme.
"Bisa saja kerja sama dalam bentuk workshop peningkatan kapasitas dengan cara saling tukar informasi soal isu-isu terorisme seperti pemulangan eks simpatisan kelompok radikal," jelas Andhika dalam seminar 'Countering and Preventing Violent Extremism and Radicalization' di Hotel JS Luwansa, Jakarta, pada Rabu (20/11).
Indonesia, jelasnya, sudah memiliki kerja sama serupa dengan 16 negara termasuk Amerika Serikat dan Australia.
"Tiap tahun ada kelompok kerja bersama dan konsultasi bilateral di mana kedua pihak akan memonitor dan mengevaluasi kerja sama yang dilakukan selama setahun terakhir," tutur dia.
Menurut dia, Indonesia dapat memetik banyak pelajaran dari Denmark, contohnya dari program pencegahan kejahatan serta kebijakan-kebijakan untuk mencegah ekstremisme dan radikalisasi yang dimiliki oleh negara itu.
"Walaupun ada sejumlah perbedaan, misalnya jumlah penduduk dan GDP kedua negara, tetap ada kesamaan yang bisa digunakan untuk saling belajar," ungkap Andhika.
Andhika menyebut bahwa Denmark juga dapat belajar banyak dari Indonesia yang dia sebut sebagai negara Asia Tenggara yang terdepan dalam bidang kontraterorisme. Dia menyatakan bahwa keberhasilan Indonesia cukup diakui secara internasional.
"Di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya, Indonesia memiliki UU terkait pencegahan radikalisme dan ekstremisme. Pengalaman kita pun cukup banyak, khususnya di cakupan ASEAN, sehingga itulah yang membuat Indonesia sebagai negara yang terdepan dalam bidang kontraterorisme," lanjut dia.
Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Denmark untuk Indonesia Rasmus Abildgaard Kristensen mengatakan bahwa kedua negara menghadapi banyak tantangan yang sama terkait isu terorisme.
Contohnya, lanjut dia, sejumlah warga negara baik dari Indonesia maupun Denmark telah bergabung dengan ISIS di Suriah dan Irak. Kini, banyak dari mereka yang terpaksa dipulangkan karena kelompok teroris itu telah kehilangan wilayahnya.
"Fenomena tersebut menekankan pentingnya kedua negara berbagi pengalaman, belajar dari satu sama lain dan memulai kerja sama dalam melawan ekstremisme dan radikalisasi," tutur Dubes Kristensen.
Dia menuturkan bahwa sejauh ini, Denmark terus mendorong upaya kontraterorisme Indonesia dengan mendukung pusat pelatihan investigasi Polri, Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC) di Semarang. Dia tidak merinci lebih jauh terkait bentuk dukungan yang pihaknya berikan.
"Saya berharap dapat terjalin lebih banyak lagi kerja sama antara kedua negara di bidang yang penting lainnya," ungkap dia.