Sudan telah setuju untuk mengizinkan penerbangan menuju Israel melintasi wilayah udaranya. Hal ini diungkapkan oleh seorang juru bicara militer pada Rabu (5/2), dua hari setelah pertemuan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan Abdel Fattah al-burhan, kepala dewan kedaulatan Sudan.
Juru bicara militer Sudan Amer Mohamed al-Hassan mengatakan kepada Al Jazeera, telah ada kesepakatan pada prinsipnya untuk penggunaan wilayah udara Sudan oleh pesawat komersial yang melakukan perjalanan dari Amerika Selatan ke Israel. Namun, dia mengatakan aspek teknisnya tengah dikaji dan Sudan belum setuju maskapai pelat merah Israel El Al melintas.
"Sudan belum mengumumkan normalisasi penuh (dengan Israel), tetapi bertukar kepentingan," kata dia.
Tatap muka Netanyahu dan Burhan yang berlangsung di Uganda, memicu ketegangan antara kelompok militer dan sipil di Sudan setelah para pejabat Israel mengatakan bahwa kedua pihak akan bergerak ke arah normalisasi hubungan.
Kabinet Sudan telah menggelar dua rapat atas pertemuan tersebut, yang menurut mereka tidak diinformasikan.
Militer Sudan merespons pada Rabu, menggambarkan perjalanan Burhan untuk bertemu Netanyahu sebagai kepentingan tertinggi atas keamanan nasional dan Sudan.
Netanyahu sebelumnya mengatakan, membuka wilayah udara Sudan bagi pesawat sipil Israel akan memangkas jam terbang ke Amerika Selatan, tujuan wisata keempat terpenting Israel.
Koridor udara Afrika yang diinginkan Israel untuk dibuka mencakup Mesir dan Chad. Tel Aviv telah memperbarui hubungan dengan keduanya pada 2018.
"Kami sekarang membangun hubungan kerja sama dengan Sudan. Kita akan terbang di atas Sudan," kata Netanyahu dalam kampanyenya pada Rabu.
Pertemuan Netanyahu-Burhan di Entebbe, Uganda, nyaris bersamaan dengan pengumuman bahwa Burhan telah diundang untuk mengunjungi Amerika Serikat pada akhir tahun ini. Di lain sisi, tatap muka dilakukan sepekan setelah Netanyahu, yang akan kembali bertarung dalam pemilu pada 2 Maret, melawat ke Washington untuk mengumumkan rencana perdamaian Timur Tengah bersama Presiden Donald Trump.
Sudan tengah berusaha untuk membangun kembali hubungan dengan dunia luar setelah diasingkan di bawah rezim Omar al-Bashir, dan negara itu sangat berkepentingan untuk dihapus dari daftar negara sponsor terorisme yang dirilis AS.
Kritikus menilai bahwa upaya Tel Aviv memulihkan hubungan dengan Khartoum memungkinkan pemulangan ribuan orang Sudan yang merupakan seperlima dari migran ilegal dan pencari suaka di Israel.