Tonga nyaris mengalami pemadaman total layanan seluler dan internet setelah kabel bawah laut satu-satunya di negara itu rusak.
Persoalan itu mengejutkan rakyat di negara pulau tersebut pada Minggu (20/1) malam. Cuaca buruk merupakan pemicu kerusakan.
Tautan satelit menyediakan bandwidth terbatas, namun para pejabat mengatakan mereka mungkin harus membatasi penggunaan media sosial.
Warga telah diberitahu bahwa memperbaiki masalah itu dapat memakan waktu hingga beberapa minggu.
Youtube dan Facebook diblokir?
Tonga Cable dalam pernyataannya menyebutkan bahwa gangguan terjadi pada Minggu pukul 20.45 waktu setempat. Mereka menyatakan, badai magnet dan petir sebagai pemicunya.
"Sebuah kapal perbaikan saat ini merapat di Samoa dan akan berada di Tonga dalam waktu tiga hari. Pekerjaan restorasi kemudian akan memakan waktu satu atau dua minggu," ungkap perusahaan.
Dalam skenario terburuk, disebutkan bahwa perbaikan kabel sepanjang 827 km yang menghubungkan Tonga dan Fiji dapat menelan waktu hingga tiga minggu.
"Kami telah diberitahu bahwa 80% dari lalu lintas internasional kami berasal dari media sosial," tutur Direktur Tonga Cable Paula Piukala kepada Radio New Zealand. "Kami dapat memblokir Facebook, Youtube, dan hal-hal seperti itu sementara sehingga kami dapat memaksimalkan bandwidth kecil yang kami miliki untuk hal-hal penting."
Sementara itu, editor BBC di Tonga Mary Lyn Fonua menerangkan bahwa apa yang terjadi membuat banyak orang pada akhirnya menyadari betapa tergantungnya mereka pada internet.
"Saya pergi ke supermarket dan tidak bisa membayar dengan kartu," katanya. "Jadi, saya harus lari ke ATM dan mendapatkan uang tunai. Untungnya ATM itu masih berfungsi."
Bank dan lembaga pemerintah memiliki tautan satelit sendiri, jelasnya, dan berhasil tetap beroperasi sebagian besar selama beberapa hari terakhir.
Tetapi perusahaan seperti maskapai penerbangan harus membuat semua pemesanan secara manual.
Populasi Tonga yang berjumlah sekitar 100.000 orang tersebar di lebih dari 30 pulau.
"Itu mengejutkan semua orang dan tidak ada plan B," kata Fonua.