Iran membantah laporan bahwa pasukan keamanannya membunuh seorang gadis berusia 16 tahun dengan memukulnya dengan tongkat saat menangani demonstrasi. Iran mengklaim dia bunuh diri dengan jatuh dari atap.
Protes atas kematian Mahsa Amini bulan lalu mendapat kekuatan baru minggu ini menyusul tuduhan di media sosial bahwa Sarina Esmaeilzadeh dibunuh oleh pasukan keamanan ketika kepalanya dipukul dengan tongkat, Reuters melaporkan.
Namun, salah satu hakim agung provinsi Alborz, tempat Esmaeilzadeh meninggal bulan lalu, dilaporkan mengatakan penyelidikan awal menunjukkan kematiannya disebabkan oleh bunuh diri setelah jatuh dari gedung berlantai lima.
Ketua hakim Hossein Fazeli Herikandi mengklaim bahwa laporan tentang pemukulan dan kematian berikutnya adalah "kebohongan," kata Reuters.
“Berdasarkan akun ibunya, Esmaeilzadeh memiliki riwayat percobaan bunuh diri,” tambahnya.
Namun, kematian Esmaeilzadeh bukan satu-satunya yang diklaim Iran disebabkan oleh jatuh dari atap sejak protes terhadap rezim dimulai.
Ibu dari Nika Shakarami, 17, yang menghilang di Teheran pada 20 September setelah dia diikuti oleh pasukan keamanan karena membakar jilbabnya sebagai protes, berbicara pada hari Kamis dan menuduh Teheran membunuh putrinya.
Kepala polisi Iran, Jenderal Hossein Ashtari, mengklaim awal pekan ini remaja itu pergi ke sebuah gedung “dan jatuh dari lantai atas pada saat berkumpul.”
"Jatuh dari ketinggian itu menyebabkan kematiannya," tambahnya.
Berbicara kepada Radio Farda, cabang berbahasa Persia dari stasiun Radio Free Europe yang didanai AS, dan BBC Kamis, ibu yang berduka itu membantah klaim Teheran dan mengatakan dia dibunuh.
Sang ibu mengklaim tubuh Nika masih utuh dan mencatat bahwa beberapa giginya, tulang di wajahnya, dan bagian belakang tengkoraknya patah.
"Kerusakannya ada di kepalanya," katanya. “Tubuhnya utuh, lengan dan kakinya.”
Kematian Shakarami dilaporkan dirahasiakan oleh otoritas Iran setidaknya selama sembilan hari sebelum tubuhnya disita dari kamar mayat dan dimakamkan di daerah terpencil yang bertentangan dengan keinginan keluarganya.
Amnesty International mengatakan dalam sebuah laporan minggu ini bahwa setidaknya 66 orang telah dibunuh oleh pasukan keamanan Iran sejak protes pecah sebulan lalu.
Amini, 22 tahun yang memicu protes besar-besaran, juga dilaporkan tewas setelah dia disiksa dan dipukuli habis-habisan oleh pasukan keamanan Iran. Pemerintah menyebut kematiannya bukan karena mendapat kekerasan melainkan karena Amini menderita sakit.(nypost)