Kedutaan Besar Iran di Jakarta pada Minggu (3/1) memperingati kematian Mayor Jenderal Qasem Soleimani, komandan tertinggi Pasukan Quds yang merupakan unit elite Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC). Ia tewas dalam serangan udara oleh Amerika Serikat pada 3 Januari 2020 lalu di Irak.
"Kami kembali mengutuk aksi AS yang meneror Mayjen Soleimani yang merupakan simbol serta pahlawan antiterorisme dan radikalisme di kawasan Timur Tengah," bunyi pernyataan resmi Kedubes Iran, dikutip Senin (4/1).
Selain itu, kedutaan menganggap tindakan AS sebagai bentuk nyata dari aksi terorisme yang berbasis pemerintahan atau negara.
"Tindakan biadab ini juga adalah pelanggaran yang luas terhadap berbagai peraturan internasional dan piagam PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa)," lanjut pernyataan itu.
Pejabat tinggi Irak meyebut pasukan AS menyerang Soleimani saat dia berkunjung ke Baghdad sebagai tamu resmi. Menurut kedutaan, tindakan ini merupakan pelanggaran jelas terhadap kedaulatan Irak.
"Aksi teror ini juga bertentangan dengan komitmen internasional AS dalam memerangi terorisme karena AS justru melawan orang-orang yang berperang melawan kelompok teroris," sebut Kedubes Iran.
Lebih lanjut, Kedubes Iran juga menyinggung mengenai pembunuhan ilmuwan terkemuka Iran, Mohsen Fakhrizadeh, pada 27 November.
Iran menilai bahwa serangkaian aksi terorisme tersebut dilakukan demi menghambat pendekatan diplomatik dan dialog untuk menyelesaikan perbedaan di tingkat regional dan internasional.
"Tujuan lainnya adalah untuk merampas hak Iran atas penggunaan teknologi nuklir damai sebagaimana ditetapkan dalam peraturan interanasional," lanjutnya.
Kedubes Iran menegaskan bahwa kematian Soleimani dan pejabat Iran lainnya tidak akan menghentikan perlawanan negara tersebut terhadap terorisme dan ekstremisme di kawasan.
"Republik Islam Iran akan mengerahkan seluruh kapasitas politik dan hukum untuk membalas teror jahat ini," tutupnya.