Juru bicara pengadilan Iran Gholamhossein Esmaili mengatakan bahwa protes di Teheran dan sejumlah kota lainnya yang pecah sejak pekan lalu telah mereda. Demonstrasi dipicu oleh kenaikan harga BBM.
"Ketenangan telah dipulihkan di negara ini," tutur Esmaili dalam sebuah konferensi pers.
Bertolak belakang dengan pernyataan Esmaili, pedemo mengunggah sejumlah rekaman video di media sosial yang menunjukkan unjuk rasa berlanjut di sejumlah kota pada Senin (18/11) malam.
Pihak berwenang menyatakan telah menangkap sekitar 1.000 pedemo sejauh ini. Pemblokiran akses internet, yang berlangsung sejak akhir pekan lalu, masih berlaku.
Sejumlah orang, termasuk polisi dan anggota pasukan keamanan lainnya, tewas dalam protes yang berlangsung sejak Jumat (15/11). Demonstrasi pecah setelah pemerintah mengumumkan harga BBM naik 50%.
Pemerintah Iran menyatakan bahwa kenaikan harga BBM merupakan cara yang diperhitungkan untuk membuat ekonomi lebih efisien dan mengalirkan sumber daya ke kaum miskin.
Kenaikan harga BBM diperkirakan akan mengumpulkan sekitar US$2,55 miliar per tahun untuk subsidi tambahan bagi sekitar 18 juta keluarga atau setidaknya 60 juta warga Iran yang memiliki pendapatan lebih rendah. Proposal tersebut telah direkomendasikan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) sebagai cara untuk mengakhiri subsidi BBM tidak efisien dan menyeimbangkan kembali pengeluaran pemerintah
Pada Senin, ISNA melaporkan bahwa tiga anggota pasukan keamanan tewas ditikam di dekat Teheran.
Warga Iran yang terdiri dari pemuda dan kelas pekerja berdemonstrasi, mengekspresikan kemarahan mereka atas buruknya standar hidup, korupsi dan kesenjangan yang semakin dalam antara si kaya dan si miskin.
Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan pemrotes membakar foto-foto pejabat tinggi dan menyerukan agar para pemimpin agama turun tangan.
Stasiun televisi pemerintah Iran mengatakan akan mengadakan pemakaman bagi petugas keamanan yang tewas dalam unjuk rasa. Di lain sisi, ribuan warga Iran mengadakan unjuk rasa tandingan di sejumlah kota untuk mengutuk kerusuhan yang terjadi.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei pada Minggu (17/11) menyalahkan "musuh-musuh asing" sebagai pihak yang menyebabkan kekacauan. Dia juga mengecam pengunjuk rasa antipemerintah, menyebut mereka sebagai penjahat.
Pada Senin, Pengawal Revolusi Iran (IRGC) memperingatkan akan mengambil tindakan jika kerusuhan terus berlanjut. IRGC bersama dengan perpanjangan tangan mereka, Basij, memadamkan kerusuhan pada 2017 di mana setidaknya 22 orang tewas.
Amerika Serikat mengutuk Iran karena menggunakan kekuatan mematikan dan membatasi akses internet.
Pada 2018, Washington menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 dan kembali menjatuhkan sanksi ekonomi untuk menekan Teheran. Akibatnya, terjadi devaluasi mata uang dan lonjakan harga bahan pokok di negara itu.