Israel dan Bahrain secara resmi menjalin hubungan diplomatik. Kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat itu ditandatangani di ibu kota Bahrain, Manama, pada Minggu (18/10).
Bahrain kini menjadi negara Arab keempat di Timur Tengah, setelah Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, dan Yordania, yang mengakui eksistensi Israel sejak didirikan pada 1948.
Hungan diplomatik kedua negara tersebut terjadi saat sebagian besar negara Arab telah memboikot Israel selama beberapa dekade. Mereka bersikeras hanya akan menjalin hubungan setelah perselisihan dengan Palestina diselesaikan.
Langkah diplomatik Bahrain tersebut dikutuk Palestina dan dinilai sebagai pengkhianatan dan tikaman dari belakang.
Dalam sebuah upacara di Manama pada Minggu malam, para pejabat Bahrain dan Israel menandatangani komunike bersama untuk membangun hubungan diplomatik formal. Kini, kedua negara diharap membuka kedutaan besar di masing-masing negara.
Media Israel melaporkan, dokumen tersebut tidak menyertakan referensi apa pun tentang konflik Israel-Palestina.
Setelah penandatanganan, Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid Al-Zayani mengatakan dalam pidatonya bahwa ia mengharapkan kerja sama bilateral yang bermanfaat pada setiap bidang antara kedua negara. Dia juga menyerukan perdamaian di kawasan itu, termasuk solusi dua negara untuk konflik Palestina.
Kesepakatan ini terjadi setelah tim dari Israel meluncur ke Bahrain dengan penerbangan El Al 973. Tim itu melewati Arab Saudi dengan izin khusus dari negara tersebut. Padahal sejauh ini, para pemimpin Arab Saudi menolak seruan untuk menormalkan hubungan Israel. (BBC)