Israel meluncurkan puluhan serangan udara ke Jalur Gaza pada Senin (17/5), setelah militan Palestina menembakkan rentetan roket ke kota-kota di wilayah selatan Israel.
Serangan yang terjadi menjelang fajar di Gaza ini dinilai sebagai yang terparah sejak pertempuran dimulai sepekan lalu.
Israel mengatakan, pihaknya menghantam fasilitas milik kelompok militan Hamas dan beberapa rumah yang ditempati komandannya. Meski begitu, jalan-jalan utama dan saluran listrik di wilayah tersebut turut rusak.
Sementara itu, seruan internasional untuk gencatan senjata terus meningkat.
Dewan Keamanan (DK) PBB mengadakan pertemuan darurat pada Minggu (16/5). Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, memperingatkan, pertempuran lebih lanjut berpotensi memicu krisis keamanan dan kemanusiaan yang sulit dikendalikan.
Guterres pun memohon kekerasan segera dihentikan.
Presiden Mesir Abdul, Fattah al-Sisi, pada Senin mengatakan, negaranya akan berusaha keras mendorong tercapainya gencatan senjata antara Hamas dan Israel.
Konflik dimulai setelah berminggu-minggu meningkatnya ketegangan Israel-Palestina di Yerusalem Timur yang diduduki hingga bentrokan di situs suci yang dihormati muslim dan Yahudi.
Kelompok Hamas, yang mengontrol Jalur Gaza, mulai menembakkan roket setelah memperingatkan Israel untuk menarik diri dari situs tersebut, memicu serangan udara balasan dari militer Israel.
Militer Israel mengatakan, lebih dari 50 pesawat tempur melakukan serangan di Jalur Gaza selama 20 menit sesaat sebelum fajar pada Senin.
Israel mengklaim, pihaknya menyerang 35 "target teror" dan menghancurkan lebih dari 15 kilometer jaringan terowongan bawah tanah milik Hamas.
Militer juga mengatakan, mereka telah menyerang rumah sembilan komandan Hamas yang berpangkat tinggi.
Belum ada laporan tentang korban jiwa, tetapi para pejabat Palestina di Jalur Gaza mengatakan, serangan itu menyebabkan pemadaman listrik yang meluas dan merusak ratusan rumah serta bangunan lainnya.
"Tidak pernah ada serangan sebesar ini," kata seorang warga kepada kantor berita AFP.
Menurut otoritas kesehatan, korban tewas secara keseluruhan di Gaza kini mencapai 197, termasuk 58 anak-anak dan 34 wanita, serta 1.230 lainnya terluka. Sementara itu, Israel mencatat lusinan militan termasuk di antara yang tewas.
Serangan Israel menyusul agresi roket Palestina yang menargetkan Beersheba dan Ashkelon di Israel selatan tepat setelah tengah malam pada Senin.
Sistem pertahanan Iron Dome milik Israel dikatakan telah mencegat 90% roket yang diluncurkan Hamas. Namun, beberapa di antaranya menyebabkan kerusakan pada mobil dan bangunan.
Pejabat di Gaza mengatakan, saling balas serangan pada Minggu merupakan yang paling mematikan sejauh ini.
Pekerja darurat menghabiskan sisa hari itu dengan mencoba menyelamatkan orang-orang yang tertimbun di bawah puing-puing bangunan yang runtuh. Pejabat Gaza kemudian mengatakan, 42 orang, termasuk 16 wanita dan 10 anak-anak, tewas dalam serangan udara tersebut.
DK PBB gagal mengeluarkan pernyataan bersama dalam beberapa hari terakhir dan tidak ada hasil yang keluar setelah pertemuan pada Minggu.
Amerika Serikat (AS), sekutu kuat Israel, dilaporkan menolak pernyataan bersama yang mengecam Israel. AS percaya langkah tidak akan membantu dalam proses diplomatik.
Presiden AS, Joe Biden, secara terbuka mendukung hak Israel untuk membela diri, tetapi dia mengatakan, pemerintahannya bekerja dengan semua pihak untuk meredakan ketegangan. (BBC)