close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
PM Lebanon saat bertemu Raja Salman. (foto: Al Jazeera)
icon caption
PM Lebanon saat bertemu Raja Salman. (foto: Al Jazeera)
Dunia
Senin, 13 November 2017 16:52

Jadi target pembunuhan, PM Libanon pilih mundur

Keberadaan PM Libanon hingga kini masih belum diketahui. Hizbullah menuding, keputusan itu dipengaruhi Arab Saudi.
swipe

Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Kuwait meminta warganya untuk meninggalkan Libanon secepatnya. Ketiga negara itu juga melarang warganya untuk bepergian ke Beirut.

Mengutip sumber kementerian luar negeri (kemlu), Kantor berita Saudi, SPA menyebut kebijakan itu diambil menyusul situasi di Republik Lebanon. Bahkan, Kemlu meminta warga Saudi untuk meninggalkan Libanon secepatnya.

“Kerajaan Saudi menyarankan seluruh warganya untuk bepergian ke Lebanon dari destinasi internasional manapun,” ucap sumber Kemlu Saudi.

Selang beberapa jam kemudian, Kuwait dan UEA juga menyarankan warganya untuk meninggalkan Libanon sebelumnya. Sebelumnya pada Minggu (5/11), Bahrain – aliansi Saudi – sudah meminta warganya untuk meninggalkan Lebanon. Kemlu Bahrain mengeluarkan peringatan perjalanan ke Libanon dengan pertimbangan keamanan.

Libanon mengalami ketegangan setelah pengunduran tiba-tiba Perdana Menteri Saad al-Hariri saat berkunjung ke Arab Saudi pada Sabtu (4/11) lalu. Kini keberadaan Hariri belum diketahui. Para pejabat menyatakan kepada Al Jazeera kalau Hariri mungkin menjalani tahanan rumah di Riyadh.

Partai Pergerakan Masa Depan Lebanon pimpinan Hariri meminta PM Hariri untuk kembali dari Saudi secepatnya. “Kembalinya PM Lebanon Saad al-Hariri akan memulihkan martabat dan kepedulian terhadap Lebanon baik di dalam dan di luar negeri,” ujar mantan PM Fouad Siniora.

Bahkan Presiden Lebanon Michel Aoun akan meminta bantuan komunitas internasional, Liga Arab, Amerika Serikat, Inggris, China, dan Rusia, untuk mengungkap alasan di belakang pengunduran diri Hariri yang tak diduga sebelumnya. Pemerintah Lebanon belum menerima surat pengunduran diri Hariri dan mereka masih menganggapnya sebagai PM.

Pada pidato pengunduran diri 4 November silam, Hariri secara implisit menyalahkan Iran dan aliansinya, Hezbollah, sehingga dia memutuskan untuk mundur. Dia mengundurkan diri karena menjadi target pembunuhan. Ayahnya, Rafik Hariri yang pernah menjabat sebagai PM, juga dibunuh dalam serangan bom pada 2005. Para pendukung Rafik Hariri menuding Hizbollah sebagai dalang pembunuhan tersebut.

Hariri diangkat sebagai perdana menteri akhir tahun lalu. Sebelum pengunduran dirinya pada 4 November, dia memimpin sebuah pemerintahan beranggotakan 30 orang yang termasuk Hizbullah.

Dilansir dari kantor berita Turki, Anadolu, kepala Hizbullah, Hassan Nasrallah mengklaim Hariri dipengaruhi oleh Arab Saudi dan tidak mengizinkannya kembali ke Lebanon. Pihak berwenang Saudi belum memberikan komentar atas tudingan Nasrallah. Namun, menurut Kantor Berita MENA, pemerintah Saudi mendesak para Menlu di negara arab untuk menggelar pertemuan.

img
Dika Hendra
Reporter
img
Syamsul Anwar Kh
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan