Anggota parlemen, Senin (25/1), mengukuhkan Janet Yellen sebagai Menteri Keuangan. Pengukuhan tersebut sekaligus menjadikannya sebagai wanita pertama yang memegang posisi itu dalam sejarah AS.
Sebagai kepala Kementerian Keuangan AS, dia akan ditugaskan untuk menjalankan kebijakan American Rescue Plan Joe Biden senilai US$1,9 triliun dan mengawasi pelaksanaannya. Kebijakan tersebut termasuk pemeriksaan stimulus US$1.400, perpanjangan tunjangan pengangguran, dan peningkatan pendanaan untuk vaksinasi dan pengujian Covid-19.
Dalam sidang konfirmasi pekan lalu, Yellen membela ukuran dan ruang lingkup kebijakan tersebut. Dia mengatakan bahwa prioritas pertama dari pemerintahan yang akan datang harus membuat negara dan rakyatnya melewati pandemik sebelum menangani masalah lain, termasuk defisit yang membengkak atau menaikkan pajak.
"Saat ini, dengan suku bunga terendah dalam sejarah, hal paling cerdas yang dapat kami lakukan mengambil langkah yang masif," katanya di hadapan Komite Keuangan Senat AS.
Dia menegaskan bahwa prioritasnya adalah memberikan pertolongan bagi mereka yang paling membutuhkan, terutama pekerja minoritas dan wanita, yang paling terpukul akibat pandemik Covid-19.
"Pandemik telah menyebabkan kerusakan yang luas," kata Yellen.
"Kerusakannya telah melanda, dan tanggapan kita harus dapat mengatasinya," imbuhnya.
Dengan dukungan bipartisan yang luas dari Wall Street hingga Washington, Yellen telah diprediksi akan mendapat konfirmasi dari parlemen. Komite Keuangan Senat telah menyetujui pencalonannya dengan pemungutan suara bulat, 26-0.
"Sulit membayangkan calon yang lebih siap untuk memenuhi saat yang sangat dibutuhkan ini daripada Yellen," tulis para pendahulunya di kemenkeu dalam sebuah surat yang mendukung pencalonannya.
Pada 2014, Yellen menjadi wanita pertama yang menjalankan Federal Reserve dan dia akan menjadi orang pertama yang memimpin tiga badan ekonomi paling kuat di pemerintahan yakni kemenkeu, bank sentral, dan Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih.
"Janet Yellen brilian dan memiliki rekam jejak yang tidak tergoyahkan," kata Greg Valliere, kepala strategi kebijakan AS di AGF Investments. (CNN)