Para pengunjuk rasa dan polisi kembali bentrok di Ibu Kota Chile pada Rabu (23/10), setelah Presiden Sebastian Pinera meminta maaf dan mengumumkan reformasi sosial dan ekonomi. Jumlah korban tewas sepanjang protes yang diwarnai kekerasan menjadi 18 orang.
Kerumunan membengkak di pusat Kota Santiago pada hari keenam berturut-turut, di tengah seruan oleh organisasi serikat buruh untuk melakukan aksi mogok. Polisi merespons dengan menembakkan gas air mata, peluru karet dan meriam air ke arah pengunjuk rasa.
Pidato Pinera pada Selasa (22/10), tidak banyak membantu menenangkan protes, yang dimulai karena kenaikan tarif metro di Santiago. Belakangan, kemarahan meluas. Banyak yang frustasi atas kesenjangan ekonomi, biaya hidup dan meningkatnya utang di salah satu negara paling stabil di kawasan itu.
Ketegangan meningkat pada Rabu ketika seorang anak usia empat tahun tewas setelah seorang pengendara tidak dikenal menabrak kerumunan di Kota San Pedro de la Paz. Satu orang lainnya juga tewas dalam insiden itu.
"Orang ketiga tewas pada Rabu setelah diserang oleh polisi di Santiago," ujar Wakil Menteri Dalam Negeri Rodrigo Ubilla.
Pemerintah telah memperpanjang jam malam untuk wilayah metropolitan Santiago selama lima hari berturut-turut. Sekolah-sekolah telah ditangguhkan hingga Jumat (26/10).
"Jam malam yang dimulai pukul 22.00 pada Rabu dan akan berakhir pada Kamis pukul 04.00, membatasi mobilitas warga demi menjamin ketenangan dan ketertiban di wilayah itu," twit Kepala Pertahanan Nasional.
Dalam pidatonya, Pinera menekankan pentingnya perdamaian dan pemerintah akan mencabut jam malam ketika ketertiban umum dan ketenangan pulih. Sementara sejumlah aksi protes berlangsung damai, penjarahan, perusakan dan pembakaran juga terjadi.
Sejumlah kota di negara itu juga berada di bawah status darurat. Pemerintah telah mengerahkan militer untuk menangani kerusuhan, yang pertama sejak diktator Augusto Pinochet berakhir pada 1990.
Human Rights Watch mendesak pemerintah untuk menyelidiki kejahatan yang diduga dilakukan pemrotes namun, di lain sisi mereka juga meminta investigasi atas penggunaan kekuatan berlebihan dalam merespons demo.
Chile adalah salah satu negara terkaya di Amerika Latin, tetapi juga memiliki salah satu tingkat ketimpangan pendapatan tertinggi di dunia.
Menurut Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), hampir sepertiga dari pekerja Chile ada dalam pekerjaan informal atau tidak tetap, dan satu dari dua orang Chile memiliki keterampilan membaca yang rendah.