Jumlah manula di Jepang semakin bertambah, sementara angka kelahiran bayi menurun drastis. Akibatnya, Jepang kekurangan tenaga kerja. Tetapi, negeri matagari terbit ini menolak kedatangan imigran dan tidak menerima tenaga kerja asing dalam jumlah besar.
Apa akibatnya?
Jepang berencana memperpanjang usia pensiun hingga 70 tahun. Nantinya, banyak manula yang sudah beruban dan berbadan bungkuk tetap bekerja di perusahaan. Proposal itu akan diberlakukan pada April 2020 untuk menaikkan usia pensiun dari 65 dari sebelumnya adalah 60 untuk 3,4 juta pegawai negeri sipil.
Namun untuk sektor swasta, orang dengan usia hingga 70 tahun masih diperbolehkan bekerja. Selama ini, banyak manula bisa memilih usia pensiun mereka antara 60 hingga 70 tahun. Namun, gaji pensiunan akan lebih tinggi diberikan jika manula mengambil pensiun pada usia di atas 65 tahun.
Kebijakan seperti Jepang juga dilakukan Jerman, Italia, China, dan Korea Selatan, yang menghadapi permasalahan munculnya jumlah manula yang sangat banyak. Mereka mengalami kekurangan pekerja muda.
Di tengah ekspektasi kehidupan yang tinggi di Jepang, tapi jumlah penduduk Jepang akan menurun hingga 88 juta dari 127 juta saat ini pada empat dekade mendatang. Padahal, Jepang telah meminta penduduknya untuk memiliki banyak anak. Tapi, mereka justru lebih suka disibukkan dengan dunia kerja dibandingkan dengan dunia keluarga.
Perdana Menteri Shinzo Abe juga mendorong orangtua untuk tetap bekerja dan aktif di masa tua. “Itu sebagai bentuk gaya bekerja untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan produktivitas,” katanya dilansir Channel News Asia.