Pemutusan pipa Nord Stream beberapa waktu lalu membuat dampak yang sangat berarti bagi keberlangusngan energi Jerman. Hal tersebut juga berimbas kepada Rosneft yang memasok energi ke Jerman mengalami gangguan. Oleh sebab itu, pemerintah Jerman mengambil alih kendali operasi ini. Pada saat ini, anak perusahaan Rosneft menyumbang sekitar 12% dari kapasitas penyulingan minyak di Jerman.
Dilansir dari Aljazeera, Jumat (16/9), Rosneft menganggap ini merupakan sebuah langkah illegal dan bisa dibawa ke pangadilan untuk menentang keputusan. Langkah ini diambil ketika Jerman berusaha untuk lepas dari ketergantungannya pada bahan bakar fosil Rusia.
Perusahaan yang terkena dampak mencakup Rosneft Deutschland GmbH (RDG) dan Refining & Marketing GmbH (RNRM). Dengan demikian saham mereka yang sesuai di tiga kilang, yakni PCK Schwedt, MiRo, dan Bayernoil juga terdampak.
Khusus untuk PCK Schwedt, saat ini perusahaan tersebut memasok 90% minyak yang digunakan di Berlin, termasuk di bandara internasional kota tersebut. Tentu saja ini cukup menakutkan bagi Jerman jika pendistribusiannya terhambat begitu saja. Bukan hanya Jerman, namun Eropa saat ini merasakan dampak tersebut dengan kenaikan harga yang sangat signifikan ketika Rusia mengurangi pasokan energinya.
Untuk saat ini dengan menguasai hal tersebut, Jerman menjalankan proses pemurnian menggunakan minyak mintah selain dari Rusia. Sebelumnyua pada April lalu, Jerman mengambil kendali anak perusahaan Gazprom di negara tersebut. Hal itu terjadi akibat tidak ada kejelasan mengenai transfer kepemilikan perusahaan.
Selain mengambil langkah pengambilalihan, Jerman juga saat ini sedang berjuang untuk menemukan energi baru untuk kebutuhan masyarakatnya. Pihak dari Berlin juga mengganggap negara mereka terlalu bergantung dengan Rusia mengenai Energi. Pemerintah negara ini juga menyalakan pembangkit listrik tenaga batubara sambil menempatkan dua pembangkit listrik tenaga nuklirnya dalam keadaan siaga.
Konflik Rusia–Ukraina yang saat ini sedang berlangsung sangat berimbas ke keberlangsungan energi Eropa. Meskipun saat ini Ukraina berhasil unggul, namun untuk konflik ini masih diperkirakan belum selesai. Hal ini menjadikan kelangkaan energi masih terjadi dalam beberapa waktu ke depan.