Junta militer Myanmar telah menyetujui seruan ASEAN untuk melakukan gencatan senjata sampai akhir tahun guna memastikan distribusi bantuan kemanusiaan. ASEAN telah berusaha mengakhiri kekerasan di Myanmar dan membuka dialog antara penguasa militer dan penentangnya.
Dalam konferensi video dengan Menteri Luar Negeri Wunna Maung Lwin, Erywan Yusof selaku utusan khusus ASEAN untuk Myanmar mengusulkan gencatan senjata. Pihak militer disebut telah menerimanya.
"Ini bukan gencatan senjata politik. Ini adalah gencatan senjata untuk memastikan keselamatan, (dan) keamanan para pekerja kemanusiaan," kata Erywan, Minggu (5/9/2021).
Erywan juga telah menyampaikan proposalnya secara tidak langsung kepada partai-partai yang menentang kekuasaan militer. Dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada hari Sabtu, 4 September 2021, Erywan mengatakan masih bernegosiasi dengan pihak militer mengenai persyaratan kunjungan yang ia harapkan terlaksana sebelum akhir Oktober.
ASEAN dan mitra dialog telah menjanjikan bantuan sebesar US$8 juta untuk Myanmar. "Yang kami serukan saat ini adalah agar semua pihak menghentikan kekerasan, terutama yang berkaitan dengan distribusi bantuan kemanusiaan," katanya.
Diketahui, junta militer Myanmar merebut kekuasaan setelah menuduh terjadi penyimpangan dalam pemilihan umum oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi pimpinan Suu Kyi. Komisi pemilihan umum Myanmar telah membatahnya dan menganggap tuduhan itu salah.