Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak terima disebut rasialis oleh kandidat calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat Bernie Sanders. Pada Rabu (26/2), Netanyahu mengatakan bahwa Sanders salah menyebutnya demikian.
Namun, di lain sisi dia tidak menyerang balik Sanders.
"Saya tidak ikut campur dalam Pemilu AS," jawab Netanyahu ketika ditanya tentang serangan Sanders terhadap dirinya.
Sejauh ini Sanders telah bersikap kritis atas kebijakan Netanyahu terhadap Palestina, menggambarkan PM Israel itu sebagai seorang rasialis reaksioner yang saat ini memerintah Israel.
Ketika lebih ditekan untuk mengungkap pandangannya tentang Sanders, yang jika terpilih akan menjadi presiden Yahudi pertama dalam sejarah AS, Netanyahu mengatakan, "Menurut saya terkait isu ini adalah dia sepenuhnya salah. Tidak ada pertanyaan soal itu."
Ditanya tentang kemungkinan konfrontasi dengan Sanders seandainya dia memenangkan Pilpres AS 2020, Netanyahu mengatakan bahwa sebagai perdana menteri dia sudah pernah menghadapi Presiden AS yang bertentangan dengan kebijakannya. Netanyahu yakin dia akan mampu melakukannya kembali.
Netanyahu diketahui memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan Barack Obama dalam sejumlah isu, terutama terkait kesepakatan nuklir Iran 2015 dan kebijakan pendudukan Israel di Tepi Barat.
Saat ini Netanyahu, PM terlama Israel, tengah berjuang untuk kelangsungan kepemimpinannya jelang pemilu pada Senin (2/3). Itu merupakan pemilu ketiga dalam waktu kurang dari satu tahun setelah dua pemilu sebelumnya, yaitu pada April dan September, tidak memberi hasil meyakinkan bagi Netanyahu dan rivalnya untuk membentuk pemerintahan baru.
Selama kampanye, Netanyahu dilaporkan menghindari berkomentar langsung tentang Pilpres AS. Namun, dia telah memuji Donald Trump sebagai sahabat Israel, menyinggung keputusan Trump untuk mengeluarkan AS dari kesepakatan nuklir Iran 2015, mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, dan memindahkan Kedubes AS ke kota itu.
Analis politik menilai bahwa Netanyahu telah mencoba memainkan isu tentang kesetiaan 21% minoritas Arab di Israel.
Netanyahu mengatakan bahwa penantang utamanya, mantan jenderal Benny Gantz, akan membutuhkan dukungan dari partai-partai Arab untuk membentuk pemerintahan koalisi. Itu secara efektif mengikat tangannya dalam melakukan aksi militer di kawasan.
Bagaimanapun Netanyahu mengklaim bahwa dia tidak memiliki perselisihan dengan komunitas Arab secara umum, hanya dengan politikus Arab yang menentang kebijakannya.
Gantz sendiri membantah bahwa dia mengandalkan dukungan dari Joint List, koalisi Arab yang sebagian besar disokong oleh keturunan Palestina.