Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) atau Navy melanjutkan latihan di Laut China Selatan (LCS) yang dipersengketakan pada Jumat (17/7) usai berhenti beberapa hari.
Dalam pernyataannya, Armada Pasifik AS menuturkan, kapal induk USS Ronald Reagan dan USS Nimitz, yang mengangkut total sekitar 12.000 personel militer, beroperasi di LCS.
Kedua kapal, yang juga mengangkut lebih dari 120 pesawat, sedang berlatih pertahanan udara taktis demi menjaga kesiapan berperang.
"Kapal-kapal kami berlatih dengan tingkat kesiapan tertinggi untuk memastikan daya tanggap terhadap segala kemungkinan," jelas pernyataan tersebut.
Kehadiran USS Nimitz dan USS Ronald Reagan di LCS pada awal Juli 2020 menandai pertama kalinya dua kapal induk AS beroperasi di wilayah tersebut sejak 2014.
Latihan militer dimulai 4 Juli. Empat hari berselang, Letnan Sean Brophy di USS Ronald Reagan menuturkan, setiap kelompok melanjutkan tugas masing-masing.
Foto-foto yang diunggah di situs Navy menunjukkan, USS Ronald Reagan sempat berada di sekitar Samudra Hindia pada 10-14 Juli.
Menurut Komandan USS Nimitz Carrier Strike Group, Laksamana Muda Jim Krik, pengerahan dua kapal induk AS bukan reaksi terhadap perkembangan politik di LCS.
"Kehadiran dua kapal induk di Laut China Selatan tidak menanggapi peristiwa politik tertentu. Ini merupakan bagian dari integrasi reguler untuk melatih dan mengembangkan interoperabilitas taktis," kata dia.
Dirinya menegaskan, USS Nimitz dan USS Ronald Reagan akan beroperasi di perairan mana pun selama diperbolehkan di bawah hukum laut internasional.
China protes
China, yang mengklaim hampir semua dari 1,3 juta mil persegi LCS sebagai wilayah kedaulatannya, bereaksi keras terhadap kehadiran dua kapal induk AS.
"Tindakan AS dimaksudkan untuk mendorong perselisihan antarnegara, mempromosikan militerisme Laut China Selatan, serta merusak perdamaian dan stabilitas kawasan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, awal Juli.
Sejak itu, ketegangan antara kedua negara semakin memanas. Washington pekan ini menyebut, sebagian besar klaim maritim Beijing di LCS sebagai langkah ilegal.
"Dunia tidak akan membiarkan Beijing memperlakukan Laut China Selatan sebagai kerajaan maritimnya. AS mendukung sekutu dan mitra kami di Asia Tenggara dalam melindungi hak kedaulatan mereka atas sumber daya lepas pantai," tutur Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, dalam pernyataannya.
Kedutaan Besar Tiongkok di Washington menyebut, tuduhan AS sebagai langkah yang sama sekali tidak dapat dibenarkan.
"AS memutarbalikkan fakta dan hukum internasional ... membesar-besarkan situasi di kawasan dan berupaya menabur benih perselisihan antara China dengan negara-negara pesisir lainnya," ungkap kedutaan dalam pernyataan mereka.