close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Situasi lockdwon di Shanghai. Foto Kyodo News
icon caption
Situasi lockdwon di Shanghai. Foto Kyodo News
Dunia
Senin, 18 April 2022 09:17

Karantina Covid-19 di Shanghai: Orang semakin muak dengan kebijakan nol Covid-19

Siapa pun yang dites positif tetapi menunjukkan sedikit atau tidak ada gejala, diharuskan menghabiskan satu minggu di fasilitas karantina.
swipe

Beibei tidur di samping ribuan orang asing di deretan ranjang bayi di pusat pameran dengan langit-langit tinggi. Lampu tetap menyala sepanjang malam, dan pramuniaga real estat berusia 30 tahun itu, belum menemukan pancuran air panas.

Beibei dan suaminya, diperintahkan ke Pusat Pameran dan Konvensi Nasional di Shanghai pada Selasa (12/4), setelah menghabiskan 10 hari diisolasi di rumah setelah dinyatakan positif Covid-29. Anak perempuan mereka yang berusia 2 tahun yang negatif, pergi ke kakeknya, sementara pengasuhnya juga pergi ke karantina.

"Ada orang batuk," katanya. "Tetapi saya tidak tahu apakah mereka menderita laringitis atau omicron," kata dia kepada Associated Press dalam sebuah wawancara melalui telepon video.

Tempat tersebut memiliki 50.000 tempat tidur dan merupakan salah satu dari lebih dari 100 fasilitas karantina yang didirikan di kota terpadat di China, bagi mereka seperti Beibei yang dites positif tetapi memiliki sedikit atau tanpa gejala. Ini adalah bagian dari upaya resmi untuk menahan wabah virus Covid-19 terbesar di China, sejak pandemi dimulai. Tetapi itu juga menguji kesabaran orang-orang yang semakin muak dengan kebijakan keras “nol Covid” China yang bertujuan untuk mengisolasi setiap kasus.

“Pada awalnya orang-orang ketakutan dan panik,” kata Beibei. “Tetapi dengan publikasi angka harian, orang-orang mulai menerima bahwa virus ini tidak terlalu mengerikan,” kata dia lagi.

Beibei diberitahu bahwa dia akan keluar dari karantina pada Senin (18/4) waktu setempat, jika dua tes yang dijalani menyatakan negatif.

Sebagian besar Shanghai ditutup mulai 28 Maret dan 25 juta orangnya diperintahkan untuk tinggal di rumah. Itu menyebabkan timbulnya keluhan tentang kekurangan pangan dan meningkatnya kerugian ekonomi.

Siapa pun yang dites positif tetapi menunjukkan sedikit atau tidak ada gejala, diharuskan menghabiskan satu minggu di fasilitas karantina. Beibei mengatakan, hidungnya tersumbat dan kehilangan sebagian dari indera perasa dan penciumannya, tetapi gejala itu berlalu dalam beberapa hari.

Pada Minggu (17/4), China melaporkan 26.155 kasus baru, di mana 3.529 di antaranya tidak memiliki gejala. Shanghai menyumbang 95% dari total, atau 24.820, termasuk 3.238 tanpa gejala.

Kota ini telah melaporkan lebih dari 300.000 kasus sejak akhir Maret. Shanghai mulai melonggarkan pembatasan pekan lalu, meskipun seorang pejabat kesehatan memperingatkan kota itu agar tetap mengendalikan wabahnya.

Menurut Beibei, di pusat konvensi tersebut, pasien yang demam diperiksa dua kali sehari dan diminta mencatat informasi kesehatan di ponsel. Untuk menghabiskan waktu, kebanyakan orang menghabiskan waktu dengan membaca, menari persegi, mengikuti kelas online, atau menonton video di ponsel.

Tetapi, penghuni fasilitas lain mengeluhkan atap yang bocor, persediaan makanan yang tidak memadai, dan keterlambatan perawatan untuk masalah medis.

"Kami belum menemukan tempat dengan pancuran air panas," kata Beibei. "Lampu menyala sepanjang malam, dan sulit untuk tertidur," ucap dia.

"Kamar mandinya tidak terlalu bersih," kata Beibei. “Begitu banyak orang yang menggunakannya, dan sukarelawan atau petugas kebersihan tidak dapat maksimal membersihkannya,” kata dia lagi.

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan