Kebakaran besar melanda sebuah kamp pengungsi yang penuh sesak untuk Muslim Rohingya di Bangladesh selatan. Peristiwa ini menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal, kata seorang petugas pemadam kebakaran dan PBB.
Kebakaran melanda Camp 11 di Cox's Bazar, sebuah distrik perbatasan tempat lebih dari satu juta pengungsi Rohingya tinggal, dengan sebagian besar melarikan diri dari penumpasan yang dipimpin militer di Myanmar pada tahun 2017.
"Kami saat ini tidak memiliki perkiraan kerusakan tetapi tidak ada laporan korban jiwa," kata Rafiqul Islam, pengawas polisi tambahan di Cox's Bazar, kepada kantor berita Reuters.
Islam menambahkan bahwa kobaran api dapat dikendalikan dan pejabat senior dari pemadam kebakaran, polisi dan departemen bantuan pengungsi hadir di lokasi.
UNHCR di Bangladesh mengatakan dalam sebuah tweet bahwa relawan pengungsi Rohingya menanggapi kebakaran tersebut dengan badan tersebut dan mitranya memberikan dukungan. Dikatakan beberapa tempat penampungan dan fasilitas telah hancur akibat kebakaran.
Melaporkan dari Dhaka, Tanvir Chowdhury dari Al Jazeera mengatakan Kamp Balukhali adalah salah satu dari 32 kamp di Cox's Bazar, tempat tinggal lebih dari 1,2 juta orang.
“Api masih menyala dan sepertinya disebabkan oleh tabung masak. Sebagian besar rumah terbuat dari bambu sehingga api cepat menyebar,” kata Chowdhury.
Dia menjelaskan, wilayah tempat terjadinya kebakaran cukup berbukit sehingga menyulitkan tim penyelamat untuk menjangkaunya dan keluarga untuk menyelamatkan diri.
“Fasilitas kesehatan [di daerah] sangat sederhana untuk memiliki respons yang cepat. Ada banyak rumah sakit lapangan tetapi tidak cukup untuk melayani 1,2 juta orang,” tambahnya.
Lebih dari satu juta pengungsi Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh dari Myanmar selama beberapa dekade, termasuk sekitar 740.000 orang yang melintasi perbatasan mulai Agustus 2017, ketika militer Myanmar melancarkan tindakan brutal.
Kondisi di Myanmar semakin memburuk sejak militer mengambil alih pada tahun 2021, dan upaya untuk memulangkan mereka kembali gagal.
Tahun lalu, Amerika Serikat mengatakan penindasan Rohingya di Myanmar sama dengan genosida setelah pihak berwenang AS mengkonfirmasi laporan kekejaman massal terhadap warga sipil oleh militer dalam kampanye sistematis terhadap etnis minoritas.
Sebagian besar Muslim Rohingya menghadapi diskriminasi yang meluas di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha, di mana sebagian besar ditolak kewarganegaraannya dan banyak hak lainnya.(aljazeera)