close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menyampaikan pidato secara daring dalam Rapat Majelis Umum PBB yang dilaksanakan di New York, Amerika Serikat, pada Selasa (21/9/2021) waktu setempat. Foto AFP/Spencer Platt
icon caption
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menyampaikan pidato secara daring dalam Rapat Majelis Umum PBB yang dilaksanakan di New York, Amerika Serikat, pada Selasa (21/9/2021) waktu setempat. Foto AFP/Spencer Platt
Dunia
Rabu, 22 September 2021 16:59

Kebijakan antinarkoba diusut ICC, Duterte serukan reformasi PBB

Presiden Filipina juga mengancam akan meminta pertanggungjawaban pihak luar yang mencampuri kebijakan antinarkoba yang diprakarsainya.
swipe

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, akan meminta pertanggungjawaban terhadap pihak luar yang menyelidiki kebijakan antinarkobanya. Pernyataan itu disampaikan menyusul keputusan Mahkamah Pidana Internasional (ICC), yang didukung PBB, memulai penyelidikan atas kasus tersebut.

Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB secara daring pada Selasa (21/9) waktu setempat, Duterte membela kebijakannya dengan mengatakan, mereka yang ditemukan bertindak di luar batas hukum Filipina akan dimintai pertanggungjawaban. 

Pada 15 September silam, dia sempat menolak penyelidikan ICC. Duterte berdalih, sudah memerintahkan peninjauan pelaksanaan program perang terhadap narkoba dan berkas tersangka pengedar narkoba sedang diperiksa Departemen Kehakiman.

Selain itu, dirinya juga mengatakan, Filipina bekerja sama dengan Dewan HAM PBB untuk menyelidiki kasus tersebut.

Data pemerintah Filipina yang dirilis Juni lalu menunjukkan, setidaknya lebih dari 6.000 tersangka pengedar narkoba tewas dalam operasi polisi hingga akhir April 2021. Namun, kelompok HAM dan aktivis mengatakan, jumlahnya bisa mencapai 30.000 dan banyak yang dieksekusi mati, termasuk anak-anak.

Beberapa hari terakhir, kelompok HAM menuduh Duterte memberikan janji manis (lip service) tentang penyelidikan untuk menghindari penuntutan internasional.

Gayung bersambut, Duterte mengklaim, takkan menyerahkan diri ke pengadilan asing. Filipina pun disebutnya menolak bekerja sama dalam penyelidikan ICC tentang pelanggaran HAM dalam kebijakan perang melawan narkoba.

Masih dalam Majelis Umum, Duterte lalu menyebut, pemerintahan global yang efektif diperlukan lantaran PBB dianggap gagal melaksanakan tugas itu.

“PBB adalah produk dari era yang sudah lama berlalu. Itu tidak lagi mencerminkan realitas politik dan ekonomi saat ini. Jika PBB ingin memimpin dunia keluar dari banyak krisis yang kita hadapi, banyak hal perlu diubah. PBB harus memberdayakan dirinya dengan mereformasi dirinya sendiri. Di situlah letak harapan umat manusia,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Duterte, yang segera lengger dari kursi presiden, juga mengkritik Dewan Keamanan PBB.

"Demokrasi dan transparansi adalah kekhawatiran yang bergema di aula PBB, tetapi ironisnya Dewan Keamanan, puncak struktur Anda, melanggar setiap prinsip nilai-nilai ini. Itu tidak demokratis atau transparan dalam presentasi dan prosesnya,” tandasnya. (Al Jazeera)

img
Sita Aisha Ananda
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan