Perdana Menteri Timor Leste pada Selasa (25/2) mengirim surat pengunduran diri kepada presiden menyusul jatuhnya koalisi yang mendukungnya di parlemen.
PM Taur Matan Ruak telah berulang kali gagal mendapat pengesahan anggaran untuk 2020 setelah partai terbesar dalam koalisinya, Kongres Nasional Rekonstruksi Timor (CNRT) yang dipimpin Xanana Gusmao, menarik dukungan.
"Saya telah mengirim surat (pengunduran diri) kepada presiden," ujar Ruak setelah pertemuannya dengan Presiden Francisco Guterres.
Ruak menuturkan bahwa dia siap untuk tetap menjabat sampai pengunduran dirinya diterima demi menjamin keberlangsungan roda pemerintahan.
Ruak didukung oleh koalisi tiga partai, Aliansi Perubahan untuk Kemajuan (AMP), yang memenangkan 34 dari 65 kursi dalam pemilihan parlemen pada Mei 2018. Namun kebuntuan kerap tidak terelakkan, terutama setelah presiden, yang merupakan anggota partai oposisi Fretilin, menolak sejumlah menteri yang diusulkan Gusmao atas tuduhan korupsi.
Pada Sabtu (22/2), Gusmao yang merupakan presiden pertama Timor Leste juga mantan perdana menteri, mengumumkan bahwa koalisi enam partai baru yang mengendalikan 34 kursi tanpa partai Ruak akan mempersiapkan pembentukan pemerintahan baru.
"Itu untuk menyelesaikan kebuntuan politik saat ini," kata Gusmao. "Enam parpol ini bertemu untuk bersatu ... dan membentuk pemerintahan baru."
Timor Leste telah dilanda ketidakstabilan politik dalam beberapa tahun terakhir, menghambat upaya untuk mengurangi kemiskinan, memberantas korupsi, dan mengembangkan sumber daya minyak dan gasnya. Sektor energi menyumbang sekitar 60% dari PDB pada 2014 dan berkontribusi lebih dari 90% atas pendapatan pemerintah.