Keluarga korban atas tragedi Halloween Itaewon berada di Gymnasium Seoul pada Selasa (1/11). Kedatangan mereka untuk mencari barang-barang yang tertinggal dari 156 korban yang tewas.
Berbagai barang yang disusun rapih seperti, sepatu, tas, kacamata, buku catatan, dompet, pemegang kartu, dan topi warna-warni diletakkan di atas meja darurat dan tikar olahraga di sepanjang lantai.
Seorang perempuan mengatakan, telah menemukan mantel hitam yang dikenalinya dan langsung memeluknya sambil menangis.
“Menemukannya. Saya pikir ini dia,” katanya.
Kesedihan juga dialami oleh wanita paruh baya yang datang bersama suaminya menangis sampai terjatuh ke lantai, setelah menemukan sepasang sepatu bot setinggi lutut di antara berbagai sepatu bot hitam, stiletto dan sepatu kets.
Salah satu korban yang selamat merupakan wanita muda dengan mengenakan gips di lengan kirinya dan berjalan ke Gymnasium. Ia mencari sepatunya yang hilang saat tragedy Halloween Itaewon.
Ia mengatakan, saat itu sedang berada di depan bar di gang dan terjebak dalam kerumunan. Dia sempat pingsan karena sesak napas.
“Sampai-sampai saya pikir saya sudah mati, tetapi orang asing berteriak kepada saya untuk bangun,” tuturnya.
Atas peristiwa tersebut, ia mengalami memar yang parah di bagian lengannya.
Korea Selatan berduka atas 156 orang yang tewas, termasuk 26 orang asing karena sebanyak 100.000 orang berdesakan di jalan-jalan sempit Itaewon untuk merayakan Halloween pada Sabtu (29/10) malam.
Kepala Badan Kepolisian Nasional Yoon Hee-keun menyampaikan kepada media bahwa peristiwa malam itu merupakan pertama kalinya polisi mengalami kegagalan di ibu kota.
Yoon juga menganggap bahwa petugas gagal dalam menanggapi panggilan darurat yang membanjiri pusat panggilan polisi sebelum bencana.
“Panggilan itu tentang keadaan darurat yang memberi tahu bahaya dan urgensi situasi yang telah dikumpulkan oleh banyak orang sebelum kecelakaan itu terjadi,” katanya.
“Namun, kami pikir respons polisi terhadap 112 (nomor telepon darurat) panggilan itu tidak memadai,” jelasnya.