Kementerian Kesehatan RI menanggapi studi dari sejumlah akademisi Harvard University yang mengkhawatirkan ada kasus coronavirus jenis baru yang mungkin tidak terdeteksi di Indonesia.
Kepala Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI Siswanto menyatakan bahwa pada dasarnya studi tersebut bergantung pada model matematika untuk memprediksi dinamika penyebaran coronavirus jenis baru dengan mengandalkan variabel volume wisatawan dari Wuhan ke sejumlah negara tujuan.
"Setelah itu muncul pertanyaan, kok di Indonesia tidak ada? Karena prediksi mereka harusnya ada setidaknya enam kasus di sini," jelas Siswanto dalam konferensi pers di Kantor Staf Presiden, Jakarta, pada Senin (10/2).
Dia memaparkan tiga cara menangani darurat kesehatan global yakni mencegah, mendeteksi, dan merespons.
"Di bagian saya itu untuk mendeteksi. Pertama, awasi pasien yang terduga kemudian langkah kedua ambil spesimennya. Ketiga, lakukan specimen handling ke laboratorium kami yang sudah tepat kemampuannya," kata dia.
Siswanto melanjutkan, jika seluruh langkah itu sudah dilakukan dan tetap tidak terdeteksi ada coronavirus jenis baru, maka yang perlu dilakukan adalah bersyukur.
"Kita bersyukur tidak ada kasus. (Penelitian ahli Harvard) hanya prediksi dengan model matematika saja," sambung dia.
Siswanto mengatakan bahwa sejauh ini ada 62 kasus terduga coronavirus yang tersebar di 16 provinsi di Indonesia, 59 di antaranya terbukti negatif sementara tiga lainnya masih dalam proses pemeriksaan. Dia menekankan bahwa Indonesia sudah berpengalaman dalam menangani wabah berbahaya seperti MERS dan demam babi Afrika.
"Laboratorium milik Kemenkes RI mampu melakukan pemeriksaan sesuai standar WHO ... untuk melacak apakah benar ada yang terjangkit coronavirus atau tidak," tegas Siswanto.
Dilansir The Guardian, studi para akademisi Harvard University menganalisis jumlah penumpang yang mengambil penerbangan dari Wuhan ke tujuan di seluruh dunia, dan menemukan bahwa jumlah kasus yang diidentifikasi di Indonesia dan Kamboja muncul di bawah apa yang mungkin diharapkan.
Dalam studi yang sama juga disebutkan bahwa kasus-kasus yang terdeteksi di Thailand, yang saat ini berjumlah 32, berada di bawah jumlah yang diprediksi para ilmuwan. Kamboja sejauh ini mengonfirmasi satu kasus.