Sri Lanka kian memanas, usai meluasnya kekerasan antar komunitas. Hal itu memicu diberlakukannya status darurat di negara yang dijuluki ‘Permata Samudera Hindia’ tersebut. Tujuan penetapan status untuk memutus aksi kekerasan yang mewarnai Sri Lanka dalam dua minggu terakhir.
Status darurat pertama kali diberlakukan di Sri Lanka setelah kekerasan antara komunitas Sinhalese yang beragama Buddha dan penduduk Muslim. Akibat kekerasan ini, ribuan tentara diterjunkan ke negara kepulauan itu untuk mencegah jatuhnya korban jiwa.
Aksi kekerasan yang telah berlangsung sejak Minggu (4/3) lalu berpusat di Kota Kandy. Aksi tersebut memaksa pemerintah setempat memberlakukan status darurat yang berlaku sepuluh hari
Kerusuhan ini sendiri dipicu kematian pemuda Sinhalese, yang diduga dibunuh oleh sekelompok pemuda Islam. Warga mayoritas langsung membakar masjid dan fasilitas bisnis milik warga Muslim.
"Empat masjid, 37 rumah, 46 toko, 35 kendaraan dihancurkan," kata seorang politikus Muslim yang enggan disebutkan namanya, dilansir CNN. Akibat kerusuhan yang masih meluas, jumlah fasilitas warga Muslim yang dibakar diperkirakan akan terus bertambah.
Pada Selasa (6/3) lalu, seorang pemuda Muslim berusia 28 tahun tewas di dalam rumahnya yang dibakar penduduk Sinhalese.
Pemerintah Sri Lanka ingin mencegah kerusuhan tidak meluas ke seluruh Sri Lanka. "Kita ingin melindungi seluruh komunitas di negara ini. Itulah kenapa kita memberlakukan status darurat," kata juru bicara Pemerintah Sri Lanka Dayasiri Jayasekara.