Kesetaraan gender adalah masalah yang nyata dan serius. Perempuan memiliki potensi yang sangat besar tetapi banyak ketimpangan dalam berbagai dimensi termasuk kurangnya akses dan kesempatan yang menjadikan kontribusinya tidak maksimal.
“Salah satu implikasinya jumlah angkatan kerja perempuan terpaut 25 persen lebih rendah dari laki-laki,” kata jubir pemerintah untuk Presidensi G20 Indonesia Maudy Ayunda dalam keterangan persnya, Jumat (22/4).
Dari sektor kesehatan, WHO melaporkan bahwa 70 persen pekerja medis di era pandemi didominasi perempuan tetapi masih sangat sedikit yang ada di posisi pimpinan. Hal ini tidak hanya terjadi bidang tenaga medis, hal yang sama terjadi di berbagai sektor.
“Selain masalah kesetaraan upah, perempuan juga sering mendapat kerjaan tambahan, diberi beban kerjaan ganda bahkan rentan pelecehan, kekerasan dan sering menjadi korban bias gender. ILO juga mengatakan resiko perempuan kehilangan pekerjaan dimasa pandemi lebih tinggi,” kata dia.
Soal inklusi ekonomi
Ekonomi Indonesia digerakkan oleh UMKM, dan 62 persen UMKM dimotori oleh perempuan. Tapi data menunjukkan bahwa perempuan masih sulit mendapatkan akeses untuk pendanan.
“Oleh karena itu kita harus memberikan dukungan ekstra kapada UMKM perempuan dalam menghadapi tantangan literasi keuangan dan digital seperti akses ke kredit dan investasi serta masuk ke rantai pasokan nasional maupun global,” katanya
“Masalah gender adalah isu yang sistemik dan kita harus bersama-sama bekerja mematahkan bias serta persepsi yang mengkerdilkan perempuan. Dalam hal ini dibutukan kerjasama tim. maka dari itu presidensi G20 Indonesia tahun ini kembali mendorong kedua isu tersebut melalui aliansi G20 EMPOWER dan Engagement Group W20 atau Women20,” ujarnya.