Pejabat Korea Selatan dan China pada Selasa (21/4) mengungkap keraguan atas kabar bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam kondisi sakit.
Daily NK, sebuah surat kabar daring yang berbasis di Korea Selatan yang fokus pada Korea Utara, dengan mengutip sebuah sumber tanpa nama pada Senin (20/4) melaporkan bahwa Kim Jong-un tengah dalam masa pemulihan setelah menjalani prosedur kardiovaskular pada 12 April. Pemimpin Korea Utara itu diyakini berusia sekitar 36 tahun.
Laporan CNN yang mengutip seorang pejabat Amerika Serikat menyebutkan bahwa Washington memantau kondisi Kim Jong-un yang dalam bahaya besar setelah menjalani operasi.
Sementara itu, Bloomberg yang juga mengutip seorang pejabat AS menuturkan, Gedung Putih telah diberitahu bahwa kondisi Kim Jong-un memburuk setelah operasi.
Dua pejabat Korea Selatan menepis laporan CNN. Namun, mereka tidak menjelaskan apakah Kim Jong-un benar menjalani operasi.
Istana Kepresidenan Korea Selatan, Gedung Biru, mengungkapkan bahwa tidak ada tanda-tanda yang tidak biasa dari Korea Utara.
Kim Jong-un tidak memiliki penerus yang jelas dan ketidakstabilan di Korea Utara diyakini dapat menjadi risiko yang besar.
Seorang pejabat di Partai Komunis China menuturkan kepada Reuters bahwa dia tidak percaya Kim Jong-un dalam kondisi sakit parah. China merupakan satu-satunya sekutu utama Pyongyang.
Ada pun juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengungkap bahwa Beijing mengetahui kondisi kesehatan Kim Jong-un, tanpa mengomentari lebih lanjut terkait spekulasi kesehatannya.
Daily NK menyebutkan, Kim Jong-un dirawat di rumah sakit pada 12 April, beberapa jam sebelum prosedur kardiovaskular dilakukan karena kesehatannya terus memburuk sejak Agustus. Rokok, obesitas, dan terlalu banyak bekerja disebut sebagai pemicu kondisi tersebut.
Kim Jong-un dilaporkan sekarang menerima perawatan di sebuah vila di resor Gunung Myohyang di utara Pyongyang.
"Pemahaman saya adalah bahwa dia telah berjuang (dengan masalah kardiovaskular) sejak Agustus, tetapi memburuk setelah kunjungan berulang ke Gunung Paektu," kata sumber yang dikutip Daily NK.
Negara tetangga Korea Utara, Jepang, menolak mengomentari laporan kesehatan Kim Jong-un.
"Kami secara teratur mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang Korea Utara dengan perhatian besar," kata juru bicara pemerintah Jepang Yoshihide Suga. "Kami akan terus mengumpulkan dan menganalisis informasi mengenai Korea Utara lewat kolaborasi dengan negara-negara lain seperti AS."
Spekulasi tentang kesehatan Kim Jong-un pertama kali muncul menyusul ketidakhadirannya pada peringatan ulang tahun kakeknya yang juga pendiri Korea Utara, Kim Il-sung, pada 15 April.
Pada 12 April, media pemerintah Korea Utara melaporkan bahwa Kim Jong-un mengunjungi pangkalan udara dan mengamati latihan jet tempur dan pesawat serbu.
Dua hari kemudian Korea Utara meluncurkan sejumlah rudal jelajah antikapal jarak pendek ke laut dan jet Sukhoi menembakkan rudal udara-ke-permukaan sebagai bagian dari latihan militer.
Peluncuran rudal adalah bagian dari perayaan HUT Kim Il-sung, kata para pejabat Korea Selatan, tetapi tidak ada laporan media pemerintah Korea Utara yang menyinggung soal kehadiran Kim Jong-un di kedua momen itu.
Kim Jong-un adalah pemimpin turun-temurun generasi ketiga yang memerintah Korea Utara dengan tangan besi, dia mengambil alih jabatan kepala negara dan panglima tertinggi militer sejak akhir 2011.
Dalam beberapa tahun terakhir, Kim Jong-un meluncurkan ofensif diplomatik untuk mempromosikan dirinya sebagai pemimpin dunia. Dia mengadakan tiga pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump, empat pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan lima pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping.
Kim Jong-un mencatat sejarah sebagai pemimpin Korea Utara pertama yang melintasi perbatasan ke Korea Selatan untuk bertemu dengan Presiden Moon Jae-in pada 2018. Kedua Korea secara teknis masih berperang, karena Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Di lain sisi, Kim Jong-un telah berupaya agar sanksi internasional terhadap negaranya mereda, tetapi telah menolak untuk melucuti program senjata nuklirnya, yang menjadi tuntutan utama AS.